harianmerapi.com - Kerajaan Majapahit dalam keadaan genting, api peperangan berkobar kian hari semakin menghebat.
Prajurit yang gugur menjadi korban peperangan jumlahnya sudah tak terhitung lagi, di mana-mana kepul hitam membubung ke angkasa karena banyak pemukiman penduduk dibakar,
Harta bendanya dijarah rayah, dan wanita-wanita banyak dijadikan putri boyongan oleh musuh yang datang menyerangnya.
Kini prajurit-prajurit Majapahit nampak semakin kepayahan menahan gempuran-gempuran masuh yang memang perkasa dan bersenjatakan lengkap.
“Kiranya bisikan gaib yang kudengar beberapa malam yang lalu kini mulai mendekati kenyataan,” berkata Prabu Brawijiya Kertabumi kepada salah seorang Senopati perang kepercayaannya.
“Maaf Kanjeng Prabu, bisikan gaib yang mana yang Kanjeng Prabu maksudkan?” katab Ki Ageng Tunggul Wulung bertanya.
“Bisikan itu mengatakan Sirna Ilang Kertaning Bumi. Sirna itu artinya mati atau tiada yang berarti kosong, ilang artinya hilang yang juga berarti kosong,"
"Kerta artinya empat, dan bumi itu artinya satu. Jadi merupakan angka 0041 jika dibalik 1400 ya tahun sekarang inilah yang merupakan tahun kejatuhan kerajaan Majapahit yang kita agungkan ini,” kata Baginda raja menggeleng-gelengkan kepalanya, judeg.
“Lalu apa yang harus aku lakukan, Kanjeng Parabu?” desak Ki Ageng Tunggul Wulung.
“Selamatkan pusaka kebesaran Majapahit berupa tombak Tunggul Wasesa, Keris Pulung Geni, dan bendera pataka berwarna gula kelapa."
"Jaga benda-benda pusaka ini jangan sampai jatuh ke tangan orang jahat. Sebab dalam jangka waktu cukup lama nanti kamu akan bertemu dengan seorang kesatria yang pantas dan kuat lahir batinnya memegang pusaka sakti dari kerajaan Majapahit,” pesan Kanjeng Prabu Brawijaya Kertabumi.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 28: Saat Hidup Disia-siakan, Merasa Kehilangan Setelah Orangnya Meninggal
“Jika Kanjeng Prabu berkenan mempercayaiku tentu hamba akan melaksanakan dengan sepenuh hati,” jawab Ki Ageng Tunggul Wulung.