harianmerapi.com - Legenda pasangan ulama besar Nyi Ageng Ngerang bersama Kiai Ageng Ngerang dan Kesultanan Mataram menceritakan bahwa kabar kematian Gentiri tersebar begitu cepat.
Tetapi tidak membuat niat Kapa surut. Ia cukup cerdik, datang ke Gunung Muria diam-diam pada malam hari sehingga tidak ada seorang pun mengetahuinya.
Pada malam itu, Sunan Muria dan beberapa murid sedang ke Demak Bintoro. Kapa pun membius murid yang menjaga Dewi Roroyono dan dengan mudah Kapa mengambil Dewi Roroyono ke Pulau Seprapat.
Baca Juga: Ulama Ageng Ngerang dan Kesultanan Mataram 1: Memiliki Nasab dengan Nabi Muhammad SAW Generasi ke-25
Pada waktu yang sama, Sunan Muria pun berkunjung ke Wiku Lodhang setelah dari Demak Bintoro yang berlokasi di Pulau Seprapat.
Wiku Lodhang dulu juga pernah membantu merebut Dewi Roroyono dari Pathak Warak.
Kapa pun tiba di Pula Seprapat, kedatangannya tidak disambut baik oleh Wiku Lodhang. Wiku Lodhang marah akan perbuatan muridnya.
Wiku meminta Kapa mengembalikan Dewi Roroyono. Mereka berdebat begitu lama. Tanpa disadari Sunan Muria telah sampai.
Betapa terkejutnya Sunan Muria melihat istrinya tergolek di tanah dalam keadaan kaki dan tangan terikat.
Sementara Kapa dilihat sedang adu mulut dengan gurunya Wiku Lodhang. Wiku Lodhang pun menjauh dan mendekati Dewi Roroyono untuk membebaskan dari belenggu yang dilakukan Kapa.
Bersamaan terdengarkan jeritan keras dari mulut Kapa yang ternyata ada serangan aji kesaktian yang dilakukan Kapa berbalik menghantam dirinya sendiri.
Itulah ilmu yang dimiliki Sunan Muria mampu membalikkan serangan lawan. Kapa menggunakan aji pamungkas yang ia miliki tetapi akhirnya dapat merenggut nyawanya sendiri.
Sunan Muria meminta maaf kepada Tuan Wiku akan yang terjadi pada Kapa. Akan tetapi Wiku pun tidak menyesalinya karena kesalahan muridnya sendiri.
Wiku tetap menguburkan muridnya secara layak. Dewi Roroyono dan Sunan Muria pun kembali ke padepokan dan hidup bahagia.