harianmerapi.com - Kiai Ageng Ngerang mengadakan syukuran untuk Dewi Roroyono yang usianya genap dua puluh tahun.
Peristiwa syukuran itu ternyata memberikan kesan yang menyedihkan bagi Dewi Roroyono yang merupakan dara cantik.
Sunan Kudus dan Sunan Muria dengan bekal ilmu agama yang dimilikinya dapat menahan pandangan sehingga tidak terseret godaan setan.
Baca Juga: Ulama Ageng Ngerang dan Kesultanan Mataram 1: Memiliki Nasab dengan Nabi Muhammad SAW Generasi ke-25
Akan tetapi, tidak untuk Adipati Pathak Warak yang memandang Dewi Roroyono dengan mata tidak berkedip melihat kecantikan putri Kiai Ageng Ngerang dengan Nyai Ageng Ngerang.
Sepasang mata Adipati Pathak tidak berkedip memandangi gadis itu terus menerus. Pathak tidak bisa menahan nafsu dan gelora asmaranya.
Dia menggoda Dewi Roroyono dengan ucapan yang tidak pantas. Dewi Roroyono merasa begitu malu bahkan dia diperlakukan kurang ajar karena memegang bagian tubuh yang tidak pantas disentuh.
Dewi Roroyono tidak tahan dan naik pitam, minuman yang dibawa sengaja ditumpahkan ke pakaian sang Adipati.
Pathak Warak tidak terima dan menyumpah-nyumpah, hatinya marah diperlakukan demikian. Para tamu lain pun turut menertawakan kekonyolannya sehingga membuatnya semakin malu.
Bahkan, ia hampir ingin menampar Dewi Roroyono, tetapi ia ingat Dewi Roroyono putri sang guru.
Dewi Roroyono pun segera masuk ke dalam kamarnya dan menangis sejadi-jadinya karena dipermalukan oleh Pathak Warak.
Hari pun telah malam dan para tamu dekat telah pulang, tetapi tamu jauh terpaksa menginap di rumah Kiai Ageng Ngerang, termasuk Pathak Warak dan Sunan Muria.
Namun hingga lewat tengah malam, Pathak Warak belum bisa memejamkan mata dan niat buruknya pun muncul.
Pathak Warak pun mengendap-endap ke kamar Dewi Roroyono. Dewi dibius hingga tidak sadarkan diri dan dibawa lari melalu jendela.