harianmerapi.com - Legenda pasangan ulama Ngerang dan Kesultanan Mataram mengisahkan, Sunan Muria menceritakan pada Kapa dan Gentiri tentang penculikan Dewi Roroyono yang dilakukan oleh Pathak Warak.
Karena menghormati Sunan Muria, Kapa dan Gentiri menyatakan hendak membantu Sunan Muria untuk merebut kembali Dewi Roroyono.
"Kakang baiknya ke Padepokan Gunung Muria. Murid Kakang sangat membutuhkan bimbingan. Biarlah kami berusaha merebut Diajeng Roroyono."
Baca Juga: Ulama Ageng Ngerang dan Kesultanan Mataram 1: Memiliki Nasab dengan Nabi Muhammad SAW Generasi ke-25
"Jika berhasil Kakang tetap berhak mengawininya, kami hanya membantu saja,” kata Kapa.
“Aku masih sanggup merebutnya sendiri,” balas Sunan Muria.
Akan tetapi, Kapa dan Gentiri tetap berusaha meyakinkan Sunan Muria bahwa orang memperdalam agama Islam juga penting dan percaya bahwa mereka sanggup merebut Dewi Roroyono.
Akhirnya Sunan Muria pun menyetujuinya karena tidak menolak seorang hendak berbuat baik. Ia pun juga harus menengok para santri di Padepokan Gunung Muria.
Kapa dan gentiri pun meminta bantuan Wiku Lodhang di pulau Seprapat sebagai tokoh sakti dan berhasil mengembalikan Dewi Roroyono ke Ngerang.
Esok harinya, Sunan Muria pun hendak ke Ngerang, dalam perjalanan ia bertemu Adipati Pathak Warak.
“Hai Pathak Warak, berhenti kau!” tegas Sunan Muria.
Pathak Warak pun terpaksa berhenti karena Sunan Muria menghadang di depannya.
Terjadilah perdebatan antara Sunan Muria dan Pathak Warak karena Pathak Warak hendak kembali mengembalikan Roroyono.
Tanpa basa-basi Pathak Warak melompat dari kuda yang ditumpanginya dan merangkak dengan jurus cakar harimaunya menuju Sunan Muria.
Akan tetapi, dia bukan tandingan Sunan Muria anak Sunan Kalijaga yang memiliki segudang kesaktian.