Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 2: Dibantu Prajurit Makhluk Halus Menuju ke Arah Barat Daya

photo author
- Jumat, 15 April 2022 | 17:45 WIB
Rombongan Ki Ageng Tunggul Wulung berjalan ke arah barat daya (Ilustrasi Pramono Estu)
Rombongan Ki Ageng Tunggul Wulung berjalan ke arah barat daya (Ilustrasi Pramono Estu)

harianmerapi.com - Dalam menjalankan misi menyelamatkan pusaka Kerajaan Majapahit, Ki Ageng Tunggul Wulung memerintahkan dua prajurit makhluk halus yang menyertainya,

Mereka adalah Ki Lurah Sutejo dan Ki Lurah Purworejo, diminta untuk melindungi rombongannya yang akan melarikan diri melalui pintu lorong rahasia.

“Sendika, Ki Ageng”, jawab kedua makhluk halus tersebut. Setelah mereka mateg aji, menyatukan nalar budinya dan berkonsentrasi penuh tidak beberapa lama kemudian terdengar suara gemuruh disertai bertiupnya angin kencang,

Baca Juga: Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 1: Peperangan Berkobar Makin Hebat, Sirna Ilang Kertaning Bumi

perlahan-lahan kabut pun muncul yang makin lama makin menebal di kanan kiri jalan yang akan dilalui rombongan. Sehingga kepergian rombongan tersebut tidak terlihat oleh pihak musuh.

“Perjalanan kita akan kemana, Ki Ageng?”, bertanya Ki lurah Sutejo.

“Menurut petunjuk para prajurit Punakawan rencana perjalanan kita kearah barat daya. Aku sendiri belum tahu pasti tujuan yang dimaksud”.

Ki Lurah Sutejo yang berupa makhluk halus itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia membayangkan, di arah barat daya itu ada beberapa rintangan yang lumayan berat.

Tetapi aku dan Kakang Lurah Purworejo sanggup mengatasinya. Mereka terus berjalan semakin jauh meninggalkan kota raja Majapahit,

Baca Juga: Menanam Harapan di Bulan Penuh Keberkahan

kabut tebal yang didatangkan oleh Ki Lurah Sutejo perlahan-lahan mulai menghilang, suasana perjalanan sudah semakin aman.

Pedati-pedati mereka berjalan giat sedangkan dua ekor kuda yang mereka bawa juga nampak sehat-sehat saja.

Ki Ageng Tunggul Wulung beserta semua prajurit pengikutnya berpenampilan berbeda dari biasanya ketika mereka bertugas di lingkungan Keraajaan.

Mereka nampak berpakain sebagaimana kebanyakan orang desa, berbaju koko hitam, celana gojak-gajek hitam, berikat kepala juga, dan berselempang sarung di dadanya.

Nyai Gadung Mlati istri Ki Ageng Tunggul Wulung juga nampak begitu sederhananya, wajahnya polos tanpa make up,

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X