harianmerapi.com - Dalam perjalanan menyelamatkan pusaka Kerajaan Majapahit, rombongan Ki Ageng Tunggul Wulung berhasil mengatasi perlawanan pasukan Demak.
Peperangan pun usai sudah. Ki Ageng Tunggul Wulung lalu memerintahkan Mas Penewu Pringga Lelana untuk menguburkan mayat-mayat temannya yang telah gugur di tempat itu.
Tidak lama berselang terdengarlah kokok ayam hutan bersautan dengan suara beberapa jenis burung liar.
Di timur ternyata warna merah mulai menyemburat di langit remang pertanda matahari mulai bergerak mendekati ujung pagi.
Ki Ageng Tunggul Wulung dan Tumenggung Suryapati bergegas sesuci dan mandi di umbul agar tubuhnya menjadi segar dan bersih dari debu-debu.
Kedua orang tua sudah nampak rapi tidak mengesankan kalau semalam mereka bertempur melawan musuh.
Seperti biasanya, di saat-saat seperti itu Mbok Emban Darkiyah selalu membangunkan Nyi Ageng Gadung Mlati. Mereka kemudian menjerang air dan memasak untuk sarapan pagi.
Baca Juga: Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 2: Dibantu Prajurit Makhluk Halus Menuju ke Arah Barat Daya
Pedati-pedati yang menyertai rombongan tersebut kecuali untuk ditumpangi mereka yang kelelahan atau sakit juga membawa bahan makanan
termasuk beras, sayuran, kelapa, ketela pohon, talas, ganclong dan lain-lainnya yang bisa di masak.
Sedangkan bahan makanan yang sudah matang tapi tahan lama seperti jenang dodol, rengginan, lempeng, jadah, wajik, dan sebagainya dibawanya juga terbungkus dalam klaras diwadahi kreneng.
Perjalanan Ki Ageng Tunggul Wulung dan rombongannya dilanjutkan lagi.
Baca Juga: Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 3: Perjalanan Masih Jauh, Beristirahat di Bawah Pohon Gayam
Mereka masih menempuh jarak dengan arah barat daya melewati hutan rimba, lembah ngarai, menyeberangi sungai dengan dengan gethek-gethek yang mereka buat secara sederhana, serta njajah desa milang kori.