harianmerapi.com - Hati Tinuk berbunga-bunga menerima pinangan Pak Mandor Warno yang selama ini menjadi pelanggan setia. Desakan ekonomi rupanya telah menggelapkan hati Tinuk.
"Perempuan mana yang tidak senang, punya suami kaya dan keren seperti Pak Warno," kata Tinuk dalam hati.
Tak masalah meskipun Pak Mandor usianya sebaya dengan ayah, yang penting banyak duitnya dan bisa mencukupi keinginannya.
Baca Juga: Cerita Horor Penampakan Mahasiswi Berwajah Sayu di Ruang Rektorat
Bu Barjo ternyata juga menerima dengan senang hati pinangan Warno, meski sebenarnya usia Tinuk masih sangat belia.
Namun mengingat desakan ekonomi, membuat Bu Barjo tak perlu berpikir panjang. Ia merasa sedih setiap kali melihat Tinuk harus keluar rumah untuk menjajakan jamu.
Tanpa diduga, Warno tak sekadar melamar, namun ingin segera cepat-cepat melangsungkan pernikahan. Alasannya ia merasa sudah mantap untuk mempersunting Tinuk.
Baca Juga: Lima Aspek dalam Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak
"Nanti kalau sudah jadi istri saya, Tinuk tidak perlu berjualan jamu lagi. Saya kasihan melihat Tinuk harus berpanas-panas setiap hari, sementara hasilnya tidak seberapa," kata Warno.
Karena didesak seperti itu, Bu barjo pun mengiyakan saja. Apa yang diucapkan Pak Mandor ada benarnya juga, karena dirinya juga kasihan memaksakan Tinuk untuk mencari nafkah.
Bu Barjo juga menerima saja ketika Warno menyarankan agar untuk sementara pernikahan dilangsungkan secara siri. Alasannya, jika melalui pernikahan resmi di KUA, prosesnya terlalu lama dan rumit. Padahal ia sudah ingin sekali segera memperistri Tinuk.
Baca Juga: Horor Ketika Gendruwo Marah 3: Pesan Paranormal Pohon Beringin Ditebang dan Kayunya Dibakar
Jadilah pernikahan digelar dalam waktu singkat, namun berlangsung dengan meriah. Semua dibiayai Pak Mandor, dengan mengundang tetangga dan warga kampung sebelah.
Kemeriahan pernikahan makin lengkap dengan adanya pentas penyanyi dangdut. Warga berbondong-bondong untuk menyaksikan hiburan gratis itu.
Tinuk pun menjadi buah bibir warga. "Tinuk dipersunting Pak Mandor," begitu suara dari mulut ke mulut yang beredar dengan cepat.