Kedua, tidak menghargai nikmat Allah, merasa semua yang dimiliki memang sudah
semestinya.
Ada orang yang berfikir bahwa rizkinya itu diperoleh karena usahanya sendiri saja, tidak
ada campur tangan Allah.
Kalau sekarang hidupnya kaya dan sangat mapan karena dirinya bekerja keras.
Orang-orang seperti ini biasanya lupa, bahwa jika bukan karena rahmat Allah, tidak mungkin
rizki yang dinikmatinya sekarang ini dapat diperolehnya.
Jika bukan karena kasih sayang Allah, bisa jadi hidup akan terasa sulit dan hati menjadi semakin sempit, sebagaimana firman-Nya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl, 16:78).
Ketiga, menghendaki balasan duniawi semata.
Baca Juga: Ummatan wasathan sebagai umat terbaik yang penuh keserasian
Bagi mereka yang hanya mengharapkan pahala dunia, maka harta dan segala macam kemewahan dunia itu lebih penting dari apapun.
Jangankan untuk bersyukur, untuk sekadar mengingat Allah saja pasti akan sangat sulit, karena yang ada dipikirannya hanyalah urusan dunia saja.
“Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran, 3:145).
Keempat, karena kesombongan. Kesombongan adalah salah satu musuh besar setiap orang.
Orang yang sombong bagaimana mau mungkin bisa bersyukur.
Orang yang diuji dengan kesombongan, baginya kekayaannya itu juga diperoleh karena dirinya hebat.
Baca Juga: Songsong Tahun Baru 2023: Tahun menuju pribadi yang berubah ke arah kebaikan
Sebagaimana kesombongan Fir’aun yang merasa lebih karena kekayaannya. Padahal kekayaannya itu sebenarnya ujian baginya. Firman-Nya :