Lima penyebab kufur nikmat, di antaranya karena kesombongan dan godaan syetan

photo author
- Minggu, 8 Januari 2023 | 06:35 WIB
 Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)

Kedua, tidak menghargai nikmat Allah, merasa semua yang dimiliki memang sudah
semestinya.

Ada orang yang berfikir bahwa rizkinya itu diperoleh karena usahanya sendiri saja, tidak
ada campur tangan Allah.

Kalau sekarang hidupnya kaya dan sangat mapan karena dirinya bekerja keras.

Orang-orang seperti ini biasanya lupa, bahwa jika bukan karena rahmat Allah, tidak mungkin
rizki yang dinikmatinya sekarang ini dapat diperolehnya.

Jika bukan karena kasih sayang Allah, bisa jadi hidup akan terasa sulit dan hati menjadi semakin sempit, sebagaimana firman-Nya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl, 16:78).

Ketiga, menghendaki balasan duniawi semata.

Baca Juga: Ummatan wasathan sebagai umat terbaik yang penuh keserasian

Bagi mereka yang hanya mengharapkan pahala dunia, maka harta dan segala macam kemewahan dunia itu lebih penting dari apapun.

Jangankan untuk bersyukur, untuk sekadar mengingat Allah saja pasti akan sangat sulit, karena yang ada dipikirannya hanyalah urusan dunia saja.

“Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran, 3:145).

Keempat, karena kesombongan. Kesombongan adalah salah satu musuh besar setiap orang.

Orang yang sombong bagaimana mau mungkin bisa bersyukur.

Orang yang diuji dengan kesombongan, baginya kekayaannya itu juga diperoleh karena dirinya hebat.

Baca Juga: Songsong Tahun Baru 2023: Tahun menuju pribadi yang berubah ke arah kebaikan

Sebagaimana kesombongan Fir’aun yang merasa lebih karena kekayaannya. Padahal kekayaannya itu sebenarnya ujian baginya. Firman-Nya :

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X