Mengasah Hati Nurani Remaja dengan Iman agar Menjadi Pribadi yang Berperilaku Positif

photo author
- Rabu, 29 Desember 2021 | 06:40 WIB
 Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

harianmerapi.com - Hati nurani atau suara hati berperan terutama saat seseorang akan mengambil sebuah keputusan dalam hidupnya.

Hati nurani dapat didefinisikan sebagai suatu kesadaran moral seseorang dalam situasi yang konkret.

Artinya, dalam menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup ini, pada diri seseorang ada semacam suara dalam hati untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan dan menuntut bagaimana merespon kejadian tersebut.

Baca Juga: Suamiku Dipenjara 5: Indahnya Persahabatan yang Tetap Memberikan Dukungan Saat Musibah Menimpa

Suara hati yang baik, dapat menjadi panduan moral dan menuntun seseorang menjadi pribadi yang berperilaku positif.

Sebagai umat beragama, hati nurani ini dipercayai menjadi tempat Tuhan Sang Maha Bijaksana mewahyukan diri secara hidup dalam hati zseseorang.

Hati nurani juga dapat dikatakan sebagai sebuah perasaan moral dalam manusia, yang dengannya dia memutuskan mana yang baik dan jahat, dan mana yang menyetujui atau menyalahkan perbuatannya.

Kini semakin banyak remaja yang kurang berkembang hati nuraninya, sehingga meningkatkan kecenderungan mereka bertindak agresif dan antisosial.

Baca Juga: Dikejar Dosa karena Darah Daging Hasil Hubungan Terlarang Ditinggalkan Saat Masih Bayi Merah

Hati nurani yang kuat—yaitu suara hati yang membedakan hal yang benar dan yang salah—merupakan landasan yang kuat bagi kehidupan yang baik serta perilaku beretika.

Riset yang dilakukan Barbara Stilwell, dkk berkaitan dengan perkembangan hati nurani memberi gambaran mengenai benih-benih kekerasan.

Mereka menemukan bahwa rata-rata anak usia lima belas tahun masih menunjukkan adanya “kebingungan hati nurani”, yang membatasi kemampuan mereka melakukan pemikiran bermoral dan mengapresiasi konsekuensi tindakannya secara tepat dan proporsional.

Krisis hati nurani, yang meminjam istilah Sukanto dan A. Dardiri Hasyim dengan kemiskinan mental, dapat diobati dengan pembaharuan iman sebagai media nafsio terapi.

Baca Juga: Cerita Horor Melahirkan di Malam Jumat Kliwon, Ditolong Dukun Beranak Misterius Istri Meninggal Mengenaskan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X