harianmerapi.com - Hati nurani atau suara hati berperan terutama saat seseorang akan mengambil sebuah keputusan dalam hidupnya.
Hati nurani dapat didefinisikan sebagai suatu kesadaran moral seseorang dalam situasi yang konkret.
Artinya, dalam menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup ini, pada diri seseorang ada semacam suara dalam hati untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan dan menuntut bagaimana merespon kejadian tersebut.
Baca Juga: Suamiku Dipenjara 5: Indahnya Persahabatan yang Tetap Memberikan Dukungan Saat Musibah Menimpa
Suara hati yang baik, dapat menjadi panduan moral dan menuntun seseorang menjadi pribadi yang berperilaku positif.
Sebagai umat beragama, hati nurani ini dipercayai menjadi tempat Tuhan Sang Maha Bijaksana mewahyukan diri secara hidup dalam hati zseseorang.
Hati nurani juga dapat dikatakan sebagai sebuah perasaan moral dalam manusia, yang dengannya dia memutuskan mana yang baik dan jahat, dan mana yang menyetujui atau menyalahkan perbuatannya.
Kini semakin banyak remaja yang kurang berkembang hati nuraninya, sehingga meningkatkan kecenderungan mereka bertindak agresif dan antisosial.
Baca Juga: Dikejar Dosa karena Darah Daging Hasil Hubungan Terlarang Ditinggalkan Saat Masih Bayi Merah
Hati nurani yang kuat—yaitu suara hati yang membedakan hal yang benar dan yang salah—merupakan landasan yang kuat bagi kehidupan yang baik serta perilaku beretika.
Riset yang dilakukan Barbara Stilwell, dkk berkaitan dengan perkembangan hati nurani memberi gambaran mengenai benih-benih kekerasan.
Mereka menemukan bahwa rata-rata anak usia lima belas tahun masih menunjukkan adanya “kebingungan hati nurani”, yang membatasi kemampuan mereka melakukan pemikiran bermoral dan mengapresiasi konsekuensi tindakannya secara tepat dan proporsional.
Krisis hati nurani, yang meminjam istilah Sukanto dan A. Dardiri Hasyim dengan kemiskinan mental, dapat diobati dengan pembaharuan iman sebagai media nafsio terapi.