harianmemrapi.com - Agresivitas remaja adalah sebuah perilaku remaja berupa serangan yang ditunjukkan untuk menyakiti, melukai, mencelakakan atau tindakan lain yang bersifat merugikan, tidak sopan atau permusuhan baik secara fisik maupun psikologis.
Agresivitas remaja merupakan tingkah laku remaja yang memiliki maksud untuk melukai dan menyakiti orang lain, baik secara fisik atau verbal sehingga menyebabkan kerugian dan kerusakan, bahkan dapat memunculkan perilaku anti-sosial.
Agresivitas remaja adalah suatu reaksi remaja terhadap frustrasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar dan bukan naluri. Agresivitas remaja adalah penggunaan hak remaja dengan cara melanggar hak orang lain.
Baca Juga: Doa Akhir Tahun, Baik Dilakukan Sebelum Membuat Resolusi Tahun Berikutnya
Apabila remaja yang agresif bertindak demi diri sendiri, dia melakukan hak itu dengan tidak menghina dan merendahkan orang lain.
Agresivitas umumnya memiliki potensi untuk melukai orang lain atau benda yang berupa serangan fisik (memukul, menendang, menggigit), serangan verbal (membentak, menghina) dan melanggar hak orang lain (mengambil dengan paksa).
Ada beberapa penyebab munculnya agresivitas remaja; Pertama, faktor situasi sekolah yang tidak kondusif.
Sekolah yang kurang kondusif memiliki peran sentral atas terjadinya perilaku agresif.
Hal ini terjadi karena, sudah menjadi tradisi di sekolah, bahwa pihak sekolah merasa hal itu sesuatu yang lumrah terjadi.
Dalam hal ini pihak sekolah tidak peduli, menganggap biasa, toleran, dan tidak mengambil kebijakan apapun untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku agresif yang terjadi--sekolah melakukan pembiaran--atas agresivitas yang dilakukan siswa-siswinya.
Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 19: Belum Tahu Persoalannya Sudah Marah-marah, Anak pun Jadi Sasaran
Mengingat agresivitas di sekolah terjadi tanpa/menghindari sepengetahuan pihak sekolah, maka perilaku agresif akan membesar tanpa sepengetahuan sekolah.
Helen Cowie & Dawn Jennifer mengatakan bahwa tidak teraturnya organisasi sekolah, termasuk daya juang yang rendah dari para staf, manajemen kelas yang buruk, seringnya murid dijatuhi hukuman, tiadanya pujian bagi murid, dan lemahnya kepemimpian kepala sekolah dan pengurus komite sekolah, memberikan kontribusi yang besar bagi munculnya perilaku agresif remaja.
Kedua, keluarga yang disharmonis. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan kegidupan remaja.