Marah Sumber Keburukan Seseorang, Berikut Ini Enam Langkah Praktis untuk Manajemen Kemarahan Diri

photo author
- Senin, 27 Desember 2021 | 05:00 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

harianmerapi.com - Rasulullah Muhammad SAW pernah memberi nasihat kepada seseorang yang datang meminta nasihat kepada beliau: ”Jangan kamu marah”.

Marah adalah sesuatu yang jika sudah menguasai seseorang bisa menyeretnya kepada keadaan buruk, bahkan dapat membuat seseorang menderita penyakit syaraf, seperti penyumbatan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, dan sebagainya.

Nabi mengulangi nasihat itu sampai beberapa kali.

Baca Juga: Siaran TV Digital 2022, Begini Syarat Mendapat Bantuan Perangkat STB Bagi Warga Kurang Mampu

Agama Islam mengajarkan, apabila perasaan kita terluka atau dilukai orang lain, ada tiga cara untuk merespon secara positif; yaitu : (1) menahan marah, (2) memberi maaf, dan (3) membalasnya dengan kebaikan.

Tidak boleh marah bukan berarti membiarkan kesalahan dan kemungkaran yang terjadi. Nahi munkar dan mengoreksi kesalahan orang lain merupakan amal baik yang diperintahkan Islam, tetapi nahi munkar dan marah adalah dua hal yang berbeda.

Yang dituju dari nahi munkar adalah perbuatan yang tidak benar, tetapi yang diserang dalam marah adalah pribadi yang melakukannya, bukan perbuatannya itu sendiri.

Orang marah lebih banyak dikendalikan oleh emosinya, sehingga kadang-kadang berlaku seperti orang bodoh.

Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 42: Hidup Sebatang Kara di Hari Tua, Kebahagiaan Anak Menjadi Kekuatan untuk Bertahan

Andaikata rasa marah kepada orang lain itu sulit untuk dikuasai, maka Islam mengajarkan untuk menghindar dalam rangka menenangkan dan menguasai nafsu marahnya.

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa rasa marah (ghadhab) disebabkan oleh dominasi unsur api atau panas (al-hararah), yang mana unsur tersebut melumpuhkan peran unsur kelembaban atau basah (al-ruthubah) dalam diri manusia.

Hatinya sudah terpenuhi dengan darah kotor, sehingga hati menjadi buta terhadap realita serta tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Kaitannya dengan menangani amarah, ada langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan; yakni:

Baca Juga: Mak-mak Misterius Pemulung Jemuran Malam Hari Menyadarkan Santri untuk Disiplin Waktu

Pertama, mengubah sikap. Amarah bisa menjadi dorongan positif kalau ditangani secara sensitif dan asertif; amarah harus ditangani, bukan dipendam atau dilampiaskan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X