Bukan Cinta Sejati 42: Hidup Sebatang Kara di Hari Tua, Kebahagiaan Anak Menjadi Kekuatan untuk Bertahan

photo author
- Minggu, 26 Desember 2021 | 18:00 WIB
Sisar kinihidup sebatang kara di hari tua.         (Ilustrasi Sibhe)
Sisar kinihidup sebatang kara di hari tua. (Ilustrasi Sibhe)

harianmerapi.com - Manusia kadang harus menjalani hidup sebatang kara di hari tua, karena anak-anak sudah memiliki kehidupan sendiri. Namun kebahagiaan anak setidaknya mampu menjadi kekuatan untuk bisa bertahan hidup.

Ada perasaan bahagia bercampur dengan bangga di hati Sisar, karena anak angkatnya Rasti sudah berhasil lulus SMA.

Dan bahkan dalam waktu cepat berhasil mendapatkan pekerjaan. Meski bukan pegawai negeri, tapi Sisar tetap senang, karena telah mengantarkan anaknya itu hingga mampu mandiri.

Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 1: Awal Perkenalan Dua Insan Lain Jenis yang Tidak Disengaja

Butuh perjuangan keras untuk bisa mencapai semua ini, karena ia harus berjuang sendiri. Tak lama setelah meninggalnya sang ayah beberapa tahun lalu, disusul kemudian ibunya juga meninggal.

Kehilangan kedua orang tuanya secara berturut-turut sempat membuat Sisar putus asa. Tapi pelan-pena ia mampu bangkit, meski selama ini Sisar harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup sekaligus membiayai sekolah Rasti.

"Allah telah memberi kekuatan padaku hingga bisa seperti ini," kata Sisar, yang sebenarnya sudah mulai sakit-sakitan.

Meskipun secara batin Sisar sudah ikhlas menerima nasibnya, namun pengaruh fisik tak bisa dibohongi.

Baca Juga: Lima Keistimewaan yang Dimiliki Seorang Perempuan di Mata Islam

Berbagai penyakit mulai menghampiri tubuhnya yang semula sintal dan padat secara drastis berubah kurus kering. Hanya semangatnya yang membuatnya mampu bertahan hingga saat ini.

Sisar membetulkan posisi selimut yang ia gunakan untuk membalut tubuhnya. Rasa dingin mendera seiring dengan semakin derasnya hujan.

Dengan badan agak menggigil, Sisar memandang guyuran air hujan itu dari balik jendela kamarnya.

Ingatannya kembali ke masa remaja, ketika ia mulai berkenalan dengan Dirham. Suasananya persis seperti saat ini.

Baca Juga: Cerita Misteri Jalan Orang untuk Bertobat, Air Nira Hasil Curian Berubah Jadi Darah

Hujan deras disertai angin kencang, yang memaksanya berteduh di teras rumah orang. Tak ayal baju seragam SMA-nya tetap saja basah. Dan di saat bersamaan, Dirham juga berteduh sehingga membuat mereka saling berkenalan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X