harianmerapi.com - Keikhalasan seorang istri shalihah yag tegar mendampingi suami sampai akhir hayatnya secara tidak langsung merupakan teladan bagi anaknya dalam menjalani kehidupan.
Meninggalnya sang ayah merupakan pukulan berat bagi Sisar. Ia merasa berdosa, turut memberi andil atas kondisi kesehatan ayahnya itu sejak ia berpisah dengan suami.
Tak bisa dibohongi, perceraian Sisar membuat beban pikiran yang berat bagi Pak Wiryo. Hingga akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia.
Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 1: Awal Perkenalan Dua Insan Lain Jenis yang Tidak Disengaja
Tapi Sisar tak ingin berlama-lama memikirkan rasa bersalahnya. Masih ada kewajiban besar yang harus dijalankan.
Sang ibu juga membutuhkan perhatiannya, agar kesehatannya tak ikut-ikutan ngedrop. Memang ada yang aneh, karena selama ini yang sakit-sakitan Bu Wiryo tapi ternyata yang meninggal malah Pak Wiryo.
Sisar mengkhawatirkan ibunya bakal terengaruh oleh kematian ayah. Tapi nyatanya sejauh ini Bu Wiryo justru terlihat tegar. Bahkan mungkin lebih tegar dibanding Sisar sendiri.
"Nduk, Bapakmu sekarang sudah sowan Gustu Allah. Mestinya sekarang ia sudah tenang. Simbok juga ikut merasa tenang. Kapan pun Simbok 'dipundhut' sudah siap," kata Bu Wiryo, yang membuat Sisar tak kuasa menahan air matanya.
Satu hal keistimewaan ibunya yang tak pernah disadari Sisar adalah keiklhasannya. Selama ini, Bu Wiryo sudah menjadi istri yang baik bagi Pak Wiryo. Tidak pernah membantah dan selalu menjadi pendamping setia bagi suaminya.
Artikel Terkait
Bukan Cinta Sejati 34: 'Tumbu Oleh Tutup', Gagal Berumah Tangga Akhirnya Menyatu Dalam Jalinan Cinta Baru
Bukan Cinta Sejati 35: Watak Istri Pertama dan Kedua Sama, Lepas dari Mulut Buaya Masuk ke Mulut Harimau
Bukan Cinta Sejati 36: Suami Kumpul Kebo dengan Pelakor, Istri Ikhlas Meski Sakit Hati
Bukan Cinta Sejati 37: Orang Tua Mana yang Tidak Sedih Melihat Anaknya Jadi Janda Akibat Cerai
Bukan Cinta Sejati 38: Bakti Terakhir Anak Merawat Orang Tuanya yang Sakit Hingga Akhir Hayat