harianmerapi.com - Lantaran tidak teguh terhadap perintah Baginda Rasulullah menyebabkan kaum muslimin menerima pengalaman pahit dan kalah dalam peperangan melawan orang Quraisy Mekah, pada Perang Uhud.
Perang ini menjadi balas dendam kaum musyrikin Quraisy yang dikalahkan telak oleh pasukan muslimin di perang Badar.
Saat perang Uhud ini, tentara muslimin sebanyak 1.000 orang diberangkatkan untuk menghadapi kaum Quraisy.
Baca Juga: Ustad Hilmi Firdausi Komentari Viral Mc Danny yang Diduga Hina Habib Rizieq Shihab
Sampai di sebuah tempat Syauth, salah seorang kaum muslimin menghasut pasukan karena merasa kecewa dengan keputusan rapat bersama.
“Sebanyak 300 orang terhasut dan balik pulang ke Madinah. Salah satu tentara muslimin bernama Abdullah Ibnu Ubai bersama sepertiga tentara yang berhasil dihasutnya telah membelot dan kembali ke Madinah tidak ikut berperang,” tulis Buya Hamka dalam buku Sejarah Umat Islam, Terbitan Gema Insani, Jakarta 2016.
Perang Uhud ini terjadi pembelotan dari perintah Rasulullah SAW. Akhirnya dengan pasukan yang tersisa 700 orang tetap berangkat dan sampai di bukit bernama Uhud.
Kaum muslim berperang dan Baginda Rasul memerintahkan sekelompok pasukan agar menjaga bukit dengan panah, sedangkan lainnya menyerang. Kaum muslimin hampir menang, namun lagi-lagi tidak teguh memegang perintah Nabi SAW.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 35: Merindukan Sosok Ayah yang Melindungi
Pasukan pemanah yang menjaga bukit, justru ikut menyerang dengan nafsu agar bisa mengambil harta rampasan perang.
Tempat kosong kunci pertahanan yang ditinggalkan pasukan muslimin ini direbut pasukan berkuda kaum musuh dan balik menyerang kaum muslimin hingga akhirnya kalah dalam perang Uhud ini.
“Singkat kata dalam Perang Uhud ini, kerugian besar diderita kaum muslimin karena tidak memegang teguh perintah Baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan kekalahan ini akibat rasa tamak pada harta rampasan perang. Bahkan Nabi SAW mengalami banyak luka dalam peperangan Uhud ini,” tulis Buya Hamka.*