harianmerapi.com- Semakin hari remaja bernama Muhammad SAW ini semakin dewasa di bawah asuhan pamannya Abu Thalib yang dikenal seorang peniaga yang hebat penjelajah negeri di kawasan jazirah Arab.
Abu Thalib sangat sayang kepada keponakannya, sehingga tak heran bila ia selalu mengajak Muhammad SAW berniaga (berdagang) agar kelak bisa menjadi peniaga yang hebat dan selalu dipercaya.
Setiap Abu Thalib mengangkut perniagaaan ke negeri Syam, ia pun tak mengajak Muhammad SAW. Suatu ketika, mau memasuki ibu kota negeri, di tengah perjalanan, ada seorang pendeta yang menasehati Abu Thalib agar tidak mengajak Muhammad SAW masuk kota, karena ia kelak akan memikul suatu pekerjaan besar (dikutip dari Buku Sejarah Islam Pra Kenabian hingga Islam di Nusantara, karangan Prof Dr Buya Hamka, Terbitan Gema Insani, Jakarta 2016).
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 24: Istri Pertama Syukuran Menyambut Kehamilan
Tanda-tanda menjadi sosok tuntunan umat, sudah tampak sejak Muhammad SAW remaja. Kabar kejujuran keponakan, Abu Thalib ini terdengar dan menggema di kawasan tersebut.
Remaja laki-laki ini piawi dalam berdagang dan selalu jujur dan bisa dipercaya sehingga perniagaan pamannya (Abu Thalib) maju pesat dan disukai rekan usahanya di semua negeri yang dikunjungi Abu Thalib.
Sehingga masyarakat di jazirah Arab ini mengenal dengan sesungguhnya ahklak mulia Muhammad SAW dan memberi gelar Al-Amin (yang bisa dipercaya).
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 30: Hidup Berkecukupan Namun Tak Suka Bermewah-mewah
Rupanya, kabar kehebatan Muhammad SAW dan kejujuran dalam berdagang ini didengar oleh perempuan kaya raya, bangsawan dan memegang perniagaan besar saat itu, yang bernama Siti Khadijah Binti Khuwailid.
Ia pun tertarik untuk menawari pekerjaan kepada Muhammad SAW untuk memegang perniagaan.
Siti Khadijah memerintahkan kepada karyawannya pemuda bernama Maisarah untuk menemani bersama Muhammad SAW dalam berdagang.
Baca Juga: Dikuasai Sifat Ananiyah, Tobat Baru Hadir Setelah Badan Tak Berdaya
Kemudian, keduanya bersama rombongan berangkat ke negeri Syam yang memang saat itu menjadi pusat perdagangan.
Perniagaan yang dipegang baginda rasul laris dan laku banyak sehingga memberi keuntungan yang tidak sedikit, karena Muhammad SAW adalah sosok yang jujur dan bisa dipercaya. *