harianmerapi.com- Dunia cerah dan kemuliaan segera datang untuk meluruskan umat dari jahiliyah.
Pada hari Senin pagi bulan Rabi’ul Awwal tahun pertama dari tahun gajah bertepatan dengan bulan April 571 Masehi, utusan Allah SWT, nabi besar sekaligus rasul terakhir baginda Muhammad SAW lahir di dunia.
Sukacita keluarga besar dari Aminah dan Abdul Muthalib tidak tergambarkan. Bayi laki-laki yang lahir dari rahim Aminah ini bakal menjadi nabi dan rasul akhir.
Baca Juga: Syariat Islam dalam Pemanfaatan Lahan Kosong Jadi Usaha Produktif
Bayi laki-laki ini lahir di rumah Abu Thalib saudara Aminah di kampung Bani Hasyim di Mekkah dan belum diberi nama. Kemudian, Aminah pun memerintahkan orang suruhan untuk pergi ke rumah Abdul Muthalib (ayah mertua) memberi kabar kelahiran bayi laki-laki ini.
“Abdul Muthalib girang gembira mendengar kabar bahwa cucunya telah lahir yakni bayi laki-laki. Bayi laki-laki itu kemudian diberi nama Muhammad SAW. Nama tersebut belum pernah ada (dipakai) sebelumnya di tanah Arab,” tulis Buya Hamka dalam bukunya, Sejarah Umat Islam Pra Kenabian Hingga Islam di Nusantara, Terbitan Gema Insani, Jakarta 2016.
Lahirnya Muhammad SAW tersiar di seluruh Jazirah Arab, Karena bayi laki-laki ini adalah cucu Abdul Muthalib, tokoh yang termasyhur sebagai seorang kepala kaum yang disegani di Bani Hasyim dan kaum Quraisy. Pengaruh Abdul Muthalib luar biasa dalam hal peperangan dan kekuasaan, agama dan hukum masyarakat waktu itu.
Baca Juga: Izin Umroh Diberikan Pemerintah Arab Saudi Jadi Modal Positif Pelaksanaan Ibadah Haji
Menurut adat Arab, bayi (anak) tidak disusui oleh ibu kandungnya jika lahir dari keluarga terpandang. Sehingga Muhammad SAW dicarikan seseorang untuk menyusuinya di kampung Badui karena kehidupan di dusun akan memperkuat tubuh dan mental si anak sehingga tidak terkena hawa ‘kota’.
Perempuan yang beruntung mendapatkan bayi Muhammad SAW ini adalah Halimah Binti Abi Zuaib. “Empat tahun lamanya Muhammad SAW dalam asuhan perempuan bernama Halimah,” tulis Buya Hamka.
Perempuan Halimah ini dengan setia dan teguh mengasuh Muhammad SAW ini. Setelah empat tahun, ia pun berjalan dari kampung Badui ke kota dan menyerahkan kembali Muhammad SAW kepada ibunya Aminah. *