Sri mengatakan semua yang dialaminya dalam hutan, termasuk apa yang ditemukannya di dalam kamar Mbah Tamin.
Juga boneka rumput teki yang ditemukannya di bawah pohon beringin, dan pesan dari Dela Atmojo.
Mendengar cerita itu, Mbah Krasa mengerutkan kening, dan sesaat terdiam, lalu memandang Mbah Tamin.
Mbah Krasa berdiri dari duduknya dan tertawa, reaksi itu mengagetkan Sri dan Dini.
Baca Juga: Cerita Horor Pendatang Baru Disambut Barisan Tujuh Pocong yang Bangkit dari Kuburan Kuna
“Koen rung cerito ta nang cah-cah iki, opo sing asline kedaden (Kamu belum cerita ke anak-anak ini, apa yang sebenarnya terjadi),” pertanyaan itu tertuju pada Mbah Tamin.
“Kemeroh (Sok tahu),” jawab Mbah Tamin, matanya terus menatap Sri, yang bingung dengan situasi itu.
Mbah Tamin mengambil sesuatu dalam sakunya, Pasak Jagor, mirip dengan yang ditemukan Sri, juga foto keluarga Atmojo.
Sri semakin bingung, apa yang sebenarnya terjadi, perkiraannya selama ini, ternyata salah, ada sesuatu yang lain.
Baca Juga: Petung Jawa Weton Jumat Legi 20 Mei 2022, Pinter Omong dan Bermnanfaat bagi Banyak Orang
“Tak ceritakno kabeh sak iki, rungokno, nanging, nek aku wes cerito, opo sing bakal kedaden nang koen-koen iki, ra isok dicabut, awakmu kudu manut yo (Saya ceritakan semu sekarang, dengarkan, tapi kalau sudah tahu ceritanya, apa yang akan terjadi kepada kalian, tidak bisa dicabut, kalian harus menurut),”
“Nurut sampe Dela isok selamet, utowo nyowo koen-koen, ra bakal selamet podo karo Dela (Menurut sampai Dela selamat, atau nyawa kalian tidak selamat sama seperti Dela),” kata Mbah Tamin.
Sri dan Dini, hanya diam, mendengarkan.
Baca Juga: Gala Dinner Bersama Miyabi Menuai Protes, Polda Metro Jaya : Tidak Perlu Izin Keramaian
“Santet Sewu Dino iku jenenge, santet gur mateni sak garis keluarga nganggo sukmone tekan anak ragil (Santet 1.000 hari itu namanya, santet untuk menghabisi seluruh garis keturunan lewat sukmanya anak bungsu/keturunan terakhir),” Mbah Tamin mulai menjelaskan.