Dengan kata lain, njawani berarti mereka bersikap baik kepada siapapun.
Baca Juga: Mengaku Kasi Intelijen Kejari Temanggung, Meminta Uang ke Sejumlah Pejabat
Tim Penyiapan Yogyakarta Warisan Dunia, Purwadmadi menegaskan prinsip dari kebudayaan Jawa, seperti kerukunan bukan hanya membicarakan tatanan kehidupan yang harmonis.
“Rukun juga diartikan sebagai cara bertindak masyarakat Jawa untuk tidak mengganggu keselarasan hidup yang sudah ada dan menghindari terjadinya konflik. Selain itu juga sikap saling hormat dan munculnya nilai-nilai keselarasan sosial,” katanya Kamis (30/9/2021).
Dalam kaitannya dengan kraton sebagai pusat budaya, perilaku priyayi ditunjukkan dengan sikap halus, penuh sopan santun dan beraturan.
Baca Juga: Ide Bisnis di Bantul, Ayam Joper Masih Menjanjikan
Masyarakat kebanyakan pun mencontoh perilaku ini sebagai jalan mriyayeni. “Saat ini, mriyayeni menggambarkan sikap hidup seseorang daripada kedudukan seseorang,” urainya.
Tim Penyiapan Yogyakarta Warisan Dunia, Revianto Budi Santosa mengatakan secara keseluruhan konsep perilaku dan norma inilah yang nantinya memengaruhi bentuk fisik bangunan serta makna filosofis yang terkandung dalam tata arsitektur bangunan Jawa.
“Bentuk bangunan Kraton, yang nantinya menjadi sumber bagi planologi kota Yogyakarta, sarat dengan simbol-simbol hidup dan kehidupan manusia. Hubungan Tuhan-manusia-alam semesta tergambar dalam bentuk bangunan yang memberikan pemahaman filosofis, baik secara metafisis maupun antropologi filsafati,” ucap Revi.
Baca Juga: Bank Kulon Progo Dinilai Matang, BPR Bulungan Kalimantan Utara Belajar Peningkatan Pendapatan
Kembali pada penggunaan istilah kata sultan atau priyayi yang kerap dikaitkan dengan kehidupan mewah, semua itu kembali kepada manusia itu sendiri. *