harianmerapi.com - Bola mata Asti Widiyanti (18) dengan teliti mencanting sebuah motif batik simbol gajah Lampung, di bawahnya ada motif asem Semarangan.
Dia cukup hati-hati dalam mencanting malam batik agar tidak meluber pada motof lainnya, maklum mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) asal Lampung ini pertama kalinya membatik canting.
Bersama 50-an mahasiswa asal Lampung yang kuliah di Kota Semarang ini, membatik di kain sepanjang 12 meter dengn motif kolaborasi tapis batik Lampung dan asem Semarangan.
Kolaborasi motif batik beda daerah pada satu kain panjang itu terIihat cantik.
Baca Juga: Banyak di Rumah Akibat Pandemi Covid-19 Bikin Ide-ide Kreatif 4 Perupa Ini Bermunculan
Lampung dengan khas motif simbol seperti gajah, pucuk rebung dan kain tapis berpadu padan dengan motIf asem Semarangan.
“Senang bisa ikut pakai canting batik, ini pertama kali, apalagi motif Lampung dengan Semarangan sangat cantik jadinya,” katanya, di Kampung Djadoel Semarang, Minggu (3/10/2021).
Asri mengaku jika kegiatan ini sangat positif bagi dirinya dan kawan mahasiswa Lampung yang ada di Semarang.
Selain memperkenalkan budaya Lampung juga bisa mengenal budaya lain yakni batik Semarangan.
Baca Juga: Mengenal Istilah Kata ‘Sultan’ yang Marak Digunakan di Media Sosial
Ditambah dengan kolaborasi dua motif, makin meyakinkan jika Indonesia kaya akan hasil cipta karya yang telah diakui oleh UNESCO ini.
“Kami tentunya bangga karena batik jadi warisan UNESCO dan salah satunya upaya kami ini menjaga warisan budaya di mata dunia,” katanya.
Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang memperhatikan Asri dan para mahasiwa Lampung lainnya, akhirnya turut ikut menggoreskan canting di kain 12 meter itu.
Lewat para tangan milenial yakni mahasiswa Lampung, Mbak Ita (panggilan akrab Wakil Walikota Semarang), merasakan sentuhan berbeda dari para milenial.