HARIAN MERAPI - Pegon alias manten pegon adalah sebuah tradisi upacara atau prosesi pernikahan khas adat Jawa Surabaya.
Tradisi ini begitu identik dengan karakteristik masyarakat Surabaya yang multikultural dan terbuka. Tradisi ini menjadi Warisan Budaya Tak Benda sejak tahun 2023.
Manten Pegon adalah upacara pernikahan atau proses pertemuan antara mempelai laki-laki dengan pihak mempelai perempuan.
Baca Juga: Nekat terjun ke sumur ngaku terima bisikan gaib, berhasil dievakuasi SAR dan selamat
Di masa kolonial, pakaian menjadi simbol dan status sosial masyarakat tertentu, seperti halnya sebagai penanda kekuasaan.
Awalnya, pakaian menjadi batasan dan pembeda antara penjajah atau penguasa dengan kaum yang dijajah yakni bumiputera.
Namun di tahun-tahun selanjutnya, orang-orang Belanda dan masyarakat bumiputera sudah mulai menyeragamkan tata berpakaian, walaupun tidak semua pribumi mampu menderajatkan dan memposisikan diri dengan orang-orang Belanda.
Pada perkembangan ini orang-orang Belanda tidak lagi melihat pakaian sebagai pembeda, melainkan melihat dari tingkah dan perilaku.
Di sisi lain, pakaian juga dapat menjadi simbol untuk berbagai acara ataupun kegiatan, seperti dengan halnya pernikahan.
Upacara Manten Pegon begitu identik dengan ciri khas masyarakat Surabaya dengan karakternya yang bersifat multikultural dan terbuka.
Pelaksanaan upacara Manten Pegon ini terdiri dari dua bagian yakni upacara pranikah dan upacara nikahan.
Upacara pranikah dimulai dari njodokno/nelisik, ndelok/nontoni, nakokno/ngelamar, peningsetan, malam manggulan (midodareni), upacara langkahan. Sementara itu upacara nikahan terdiri dari ijab kabul dan temu pengantin.
Baca Juga: Pemkab Sukoharjo lelang enam proyek jalan yang masuk program strategis tahun 2025
Dalam pelaksanaan upacara Manten Pegon, kedua mempelai (laki-laki dan perempuan) harus dirias sedemikian rupa.