Busana yang digunakan oleh mempelai perempuan mirip seperti busana panjang atau dress selayaknya perempuan Eropa (Belanda), dengan tata rambut yang identik dengan budaya Jawa karena menggunakan sanggul, untaian melati, kembang goyang, dan mahkota.
Sementara itu, dari pihak mempelai laki-laki menggunakan jubah dan sorban sebagai tutup kepala dimana hal ini identik dengan budaya Arab.
Selanjutnya, pengantin laki-laki akan diarak menuju rumah pengantin perempuan, dengan mendapat kawalan dari pendekar silat yang membawa ayam jago dan di iringi oleh hadrah (terbang jidor) yang melantunkan bacaan shalawat.
Sebelumnya, masing-masing mempelai telah mempersiapkan pendekar silat untuk adu parikan (pantun), kemudian adu kekuatan, tetapi kemudian pertandingan itu dimenangkan oleh pendekar utama.
Hal ini dilakukan sebagai simbol bahwa mempelai laki-laki berhasil mendapatkan mempelai perempuan setelah menghadapi berbagai macam rintangan. *