HARIAN MERAPI - Kampung Giriloyo di Kabupaten Bantul, kini telah menjadi desa andalan berwisata ataupun belajar batik yang mendunia.
Namun begitu, tidak ada catatan yang eksplisit kapan kerajinan batik tulis masuk ke kampung Giriloyo.
Hanya saja diperkirakan sekitar abad ke 17. Saat awal dimana sebagaian besar penduduk menjadi abdi dalem kraton Yogyakarta, yang bertugas merawat makam raja-raja Yogya-Solo yang dibangun di atas perbukitan Imogiri.
Baca Juga: Berkunjung ke sentra batik Dusun Giriloyo, Menpar ajak generasi muda memakai batik
Dari situ terjadi interaksi antara kraton dan penduduk. Kemudian beberapa tokoh dari kerabat kraton memberikan pekerjaan kepada masyarakat sekitar, khususnya ibu-ibu sebagai buruh nyanthing batik.
Sampai berabad-abad lamanya penduduk Giriloyo yang menekuni batik masih tetap menjadi buruh dan menjual batik setengah jadi ke juragan-juragan batik di pusat kota di sekitar Kraton Yogyakarta sampai turun-temurun.
Dikutip dari laman batikgiriloyo.com, setelah peristiwa gempa hebat menghancurkan Yogyakarta tahun 2006,
beriringan dengan semangat kebersamaan untuk bangkit dari trauma dan keterpurukan, masyarakat membentuk kelompok-kelompok batik.
Baca Juga: Kelemahan-kelemahan manusia dan cara mengatasinya
Mereka banyak mendapat pendampingan dari Pemerintah ataupun LSM sosial yang memberikan banyak pelatihan dan mendatangkan banyak ahli untuk meningkatkan keterampilan.
Dalam hal ini meningkatkan kemampuan untuk membuat batik jadi dan siap jual serta kemampuan untuk pemasaran.
Mereka tidak lagi tergantung sepenuhnya pada juragan-juragan besar di kota. Meski hubungan baik dengan juragan masih tetap terjaga.
Setelah itu pengrajin-pengrajin batik Giriloyo mengalami kemajuan yang pesat, membuat kain batik sampai jadi dan mampu memasarkan hasil karya batik yang indah ke berbagai daerah di Indonesia bahkan ke luar negeri.
Saat ini ada belasan kelompok batik tulis di kampung Giriloyo dengan koleksi-koleksi batik yang menawan.