HARIAN MERAPI - Manusia itu lemah secara fitrah: mudah sombong, terpengaruh, tergesa-gesa, suka mengeluh, dan tidak istiqamah. Semua ini hanya bisa ditangani bila ia tunduk dan taat kepada wahyu Allah.
Tanpa petunjuk wahyu, manusia akan berjalan di atas kebodohan dan hawa nafsu, walaupun dia merasa sedang berbuat baik.
Al-Quran menjelaskan beberapa kelemahan manusia, antara lain Pertama, suka membantah. Manusia cenderung membantah dan tidak menerima kebenaran,
seperti yang tertulis dalam QS Al-Kahfi:54: “Sungguh, Kami telah menjelaskan segala perumpamaan dengan berbagai macam cara dan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini. Akan tetapi, manusia adalah (makhluk) yang paling banyak membantah.”
Baca Juga: Kepala sekolah gantung diri, fenomena apa ?
Kedua, bersifat lemah. Manusia diciptakan lemah, baik fisik maupun mental, seperti yang tertulis dalam QS An-Nisa:28: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia diciptakan (dalam keadaan) lemah.”
Allah juga hendak memberikan keringanan atas beban yang dipikulkan-Nya kepadamu. Oleh sebab itu, ketahuilah bahwa karena manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan bersifat lemah, maka tidak ada hukum-Nya yang di luar kemampuan manusia untuk memikulnya.
Ketiga, dzalim dan bodoh. Manusia dapat bersifat z\dzalim dan bodoh, seperti yang tertulis dalam QS Al-Ahzab:72: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim
lagi sangat bodoh.”
Keempat, senang bermaksiat. Manusia cenderung melakukan perbuatan maksiat, seperti yang tertulis dalam QS Al-Qiyamah:5: “Akan tetapi, manusia hendak berbuat maksiat terus-menerus.”
Baca Juga: MK putuskan tidak ada lagi pemilu serentak, ini pertimbangannya....
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa sebenarnya manusia dengan perkembangan pikirannya menyadari bahwa Allah sanggup berbuat begitu, namun kehendak nafsu mempengaruhi pikirannya.
Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus-menerus. Sesungguhnya tidak ada manusia yang tidak mengenal kekuasaan Tuhannya, untuk menghidupkan dan menyusun tulang-belulang orang yang sudah mati.
Kelima, mencintai kehidupan dunia. Manusia cenderung mencintai kehidupan dunia dan melupakan akhirat, seperti yang tertulis dalam QS Al-Qiyamah:20: “Sekali-kali tidak! Bahkan, kamu mencintai kehidupan dunia.” Dalam ayat ini, Allah mencela kehidupan orang musyrik yang sangat mencintai dunia. Allah menyerukan, “Sekali-kali jangan. Sesungguhnya kamu (hai manusia)
mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat.”
Keenam, melampaui batas. Manusia dapat melampaui batas dan melakukan perbuatan yang tidak baik, seperti yang tertulis dalam QS Al-Alaq:6: “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas.”
Dalam ayat ini, Allah menyesali manusia karena banyak mereka yang cenderung lupa diri sehingga melakukan tindakan-tindakan yang melampaui batas, yaitu kafir kepada Allah dan sewenang-wenang terhadap manusia.