Batik Ciwaringin Cirebon, seolah jadi nafas sehari-hari yang tak pernah bisa dilupakan

photo author
- Sabtu, 1 Maret 2025 | 16:30 WIB
Seorang pekerja saat membuat kain batik dengan pewarna alami di Desa Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. (MERAPI-ANTARA/Fathnur Rohman )
Seorang pekerja saat membuat kain batik dengan pewarna alami di Desa Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. (MERAPI-ANTARA/Fathnur Rohman )

HARIAN MERAPI - Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki motif batik tersendiri yang menjadi kebanggaan daerah setempat.

Salah satunya adalah Batik Ciwaringin dri Cirebon yng berbeda dari batik lainnya yang sering kali menggunakan pewarnaan kimiawi.

Di desa Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, para pengrajin hingga kini masih setia menggunakan bahan-bahan alami dalam setiap tahap pembuatan batik, mulai dari pewarnaan hingga pengeringan.

Baca Juga: 4 Fakta Menarik Jordi Cruyff yang Kini Jadi Penasihat Teknis Baru Timnas Indonesia, Legenda Belanda Itu Disebut Tipe Pelatih yang ‘Serius’

Adalah di sebuah ruang kerja sederhana di Desa Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, aroma khas kayu mahoni dan kulit manggis menguar dari wajan yang berisi cairan pewarna alami.

Di tempat itu, seorang perajin batik tampak tekun mengguratkan malam panas di atas kain putih, untuk menghidupkan pola-pola khas yang kaya akan cerita.

Di sudut lain, seorang ibu sedang mencelupkan kain ke dalam cairan warna pekat, mengulang proses itu hingga beberapa kali demi menghasilkan warna yang sempurna.

Suasana ini adalah gambaran keseharian di sentra batik Ciwaringin, sebuah tradisi yang telah hidup sejak akhir abad ke-18.

Baca Juga: Viral di medsos terkait pemangkasan anggaran di KND, begini penjelasan Gus Ipul

Bagi Fatoni, pengusaha sekaligus perajin batik di daerah tersebut, kondisi ini adalah napas sehari-hari yang tak pernah ia lupakan.

Pada medio November 2024, dia bercerita kepada ANTARA, bahwa asal-usul batik Ciwaringin bermula dari Babakan, sebuah wilayah di Cirebon yang dikenal sebagai pusat pendidikan agama Islam dengan hadirnya pondok pesantren.

Ia menuturkan seorang tokoh bernama Ki Madamin mengajarkan seni membatik di daerah itu. Namun, seiring berjalannya waktu, fokus di Babakan beralih ke pendidikan para santri, sehingga tradisi membatik diteruskan oleh masyarakat Ciwaringin.

''Dulu, kain dan batik dibuat di Babakan. Ilmunya diwariskan ke sini, dan kami teruskan hingga sekarang,'' katanya.

Baca Juga: Mengenal El Putra Sarira, pemeran Rangga dalam film 'Rangga & Cinta'

Masyarakat di Ciwaringin, termasuk dirinya, saat ini masih melestarikan dan menjaga tradisi batik yang diajarkan tokoh tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X