HARIAN MERAPI - Batik Ciwaringin Cirebon selam ani sudah banyak dikenal masyarakat. Hal ini menurut Fatoni, pengusaha sekaligus perajin batik Ciwaringin, dikarenakan motif-motifnya sarat makna.
Meski besar di keluarga pembatik, sebenarnya Fatoni tidak begitu mahir dalam menorehkan ujung canting untuk membuat motif batik terukir pada selembar kain.
Oleh karenanya, dia belajar lagi dari nol dan menyelam lebih dalam agar memahami keistimewaan dari batik Ciwaringin.
Baca Juga: Batik Ciwaringin Cirebon, seolah jadi nafas sehari-hari yang tak pernah bisa dilupakan
Lambat laun, kerja kerasnya membuahkan hasil hingga akhirnya beberapa lembar kain batik selesai diproduksi.
Menariknya, wastra buatannya waktu itu disumbangkan secara cuma-cuma kepada masyarakat di desanya.
Fatoni tidak hanya melihat membatik sebagai mata pencaharian, tetapi menjadi jalan keberkahan.
Batik ini bisa mencukupi kebutuhan keluarga, bahkan membawanya ke berbagai tempat tanpa biaya. Bagi Fatoni, itulah salah satu berkahnya.
Baca Juga: Sempat akan Dibantu Presiden, Ternyata Ini yang Menyebabkan Sritex Tutup dan PHK Seluruh Karyawannya
Pemasaran batik hasil buatannya, dilakukan secara daring maupun luring, termasuk dijajakan di hotel-hotel berbintang di Cirebon.
Meski sempat mengalami kendala, ia tetap optimis terhadap masa depan batik, apalagi wastra khas Indonesia ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya yang diakui UNESCO.
Dengan harga mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, batik Ciwaringin buatannya menawarkan nilai yang sepadan dengan proses pembuatannya.
Saat pesanan membeludak, ia bisa mendapatkan omzet sampai Rp15--Rp20 juta dari menjual kain batik.
Keberhasilannya menekuni usaha batik pun, turut menyerap tenaga kerja lokal khususnya dari kalangan ibu rumah tangga di desanya.