Tradisi Saparan Wonolelo di Ngemplak Sleman, budaya mengenang Ki Ageng Wonolelo

photo author
- Sabtu, 8 Maret 2025 | 18:00 WIB
Foto arsip suasana puncak Upacara Adat Saparan Ki Ageng Wonolelo. (MERAPI-SLEMAN.GO.ID)
Foto arsip suasana puncak Upacara Adat Saparan Ki Ageng Wonolelo. (MERAPI-SLEMAN.GO.ID)

HARIAN MERAPI - Saparan berasal dari kata sapar dalam bulan jawa, sehingga dapat diartikan sebagai ritual atau tradisi tahunan yang dilaksanakan untuk menyambut datangnya bulan Sapar dalam penanggalan Jawa.

Saat memasuki bulan sapar banyak masyarakat di Indonesia khususnya masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah yang mengadakan upacara adat. Upacara Adat Saparan merupakan tradisi budaya jawa yang dilakukan sebagai wujud rasa syukur dengan tujuan agar diberikan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.

Salah satu upacara adat saparan yang terkenal adalah Saparan Wonolelo Saparan Wonolelo merupakan tradisi masyarakat Dusun Pondok Wonolelo, Kalurahan Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilaksanakan pada minggu kedua bulan sapar selama 15 hari.

Baca Juga: Lima orang terduga pelaku penganiayaan di Seturan dibekuk polisi

Tradisi ini dilaksanakan untuk memperingati, mengenang, dan mendoakan pendiri Pondok Wonolelo yang telah menyebarkan ajaran Islam bernama Syekh Jumadigeno atau yang akrab disapa Ki Ageng Wonolelo.

Cerita yang berkembang dilingkungan masyarakat Pondok Wonolelo, Ki Ageng Wonolelo merupakan anak dari Syekh Jumadil Qubro, cucu dari Pangeran Blancak Ngilo, dan cicit dari Prabu Brawijaya V.

Selama hidupnya Ki Ageng Wonolelo bersama adiknya Syekh Wasibageno berguru kepada kakeknya yang bernama Syekh Jumadil Qurbo di daerah Turgo. Selain berguru kepada kakeknya, Ki Ageng Wonolelo dan Syekh Wasibageno juga berguru kepada pamannya Syekh Jimat.

Setelah memiliki ilmu agama Islam yang cukup, kedua kakak beradik tersebut ditugaskan untuk menyebarkan ilmunya ditempat yang berbeda.

Baca Juga: Progres perbaikan jalan di Jateng sudah 88 persen, ditarget selesai jelang Lebaran

Saat itu, Syekh Wasibageno ditugaskan untuk menyebarkan ilmunya ke timur atau didaerah
Hutan Dwarawati Jatinom.

Sedangkan Ki Ageng Wonolelo menyebarkan ilmunya ke barat atau didaerah Hutan Malelo yang sekarang dikenal sebagai Pondok Wonolelo.

Sejak 2018, tradisi Saparan Wonolelo menjadi salah satu dari warisan budaya tak benda Indonesia dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang masuk dalam domain Adat
Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-Perayaan.

Tradisi Saparan Wonolelo diawali dengan adanya pembukaan yang diikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian akbar untuk meneruskan perjuangan Ki Ageng Wonolelo dalam menyebarkan ajaran Islam,

Baca Juga: Safari Ramadhan Walikota Yogyakarta Hasto Wardoyo, pentingnya menjaga generasi muda sebagai SDM harapan bangsa

pagelaran wayang kulit, pentas seni janthilan, pentas seni kethoprak, pentas seni campur sari, pentas seni dangdut, pentas seni macapat, pentas seni seni srontol, pentas seni tari,

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X