Catatan dari Festival Lima Gunung 2024 di Kabupaten Magelang, mengandalkan kekuatan realitas dan spiritualitas dusun

photo author
- Sabtu, 30 November 2024 | 21:00 WIB
Kirab budaya membawa patung  (MERAPI-ANTARA/Hari Atmoko)
Kirab budaya membawa patung (MERAPI-ANTARA/Hari Atmoko)

HARIAN MERAPI - Berikut adalah catatan dari pelaksanaan Festival Lima Gunung tahun 2024 di Kabupaten Magelang, mengandalkan kekuatan realitas dan spiritualitas dusun

Para tokoh dan pegiat utama komunitas, beberapa tahun lalu melakukan tindakan kebudayaan yang dikenal sebagai "Sumpah Tanah".

Hasil riset tentang komunitas dan festival itu oleh pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Joko Aswoyo, menjadi buku "Sumpah Tanah" (2019).

 Baca Juga: Catatan dari Festival Lima Gunung 2024 di Magelang, bagaikan iringan gelombang raga dan jiwa dalam konstruksi makna 'Kiblat papat lima pancer'

Inti sumpah mereka terkait penyelenggaraan Festival Lima Gunung tanpa sponsor pemerintah dan pengusaha. Mereka mengandalkan kekuatan realitas dan spiritualitas dusun.

Seluruh rangkaian festival tahun ini berlangsung selama 17--29 September 2024. Pada 17 September acara di Dusun Warangan, Desa Muneng Warangan, Kecamatan Pakis berupa konferensi pers dan pementasan tarian,

pada 20 September 2024 di Studio Mendut, Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid berupa diskusi "Manuskrip Merapi-Merbabu" dan sejumlah pementasan tarian, musik, serta performa seni.

Pada 22 September 2024 di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis berupa pementasan wayang kulit "Kumbokarna Mlebu Swarga", dan puncaknya pada 25-29 September 2024 di Dusun Keron

Baca Juga: Populasi Ternak Domba di Pakis Magelang Hadapi Kendala Seperti Terlambatnya Birahi Setelah Beranak, Ini yang Dilakukan Tim Dosen Prodi Peternakan UMBY

berupa pementasan berbagai kesenian, seperti tarian, musik, performa seni, kolaborasi pementasan, pembacaan puisi, wayang orang, melukis on the spot, teater, pameran foto, arak-arakan budaya, dan pidato kebudayaan.

Sedikitnya 120 grup kesenian, antara lain, dari kelompok-kelompok basis komunitas dan jejaring di daerah setempat --termasuk sejumlah grup pelajar--, kota besar, luar Jawa, serta luar negeri dengan total sekitar 2.000 personel ikut festival.

Mereka berkesempatan memperoleh jadwal mencapai "Panggung Semut", untuk menghadirkan pementasan.

Sebagaimana kekhasan lainnya dari daya pikat festival, mereka masing-masing telah ditata apik oleh panitia untuk pementasan secara disiplin, tepat waktu, dan tanpa jeda antargrup, sejak pagi hingga tengah malam.

Baca Juga: Islam melarang bullying, menjunjung tinggi kemanusiaan dan persaudaraan

Untuk memulai waktu tiba pementasan, tak ada yang harus ditunggu terkait kehadiran tamu khusus, pejabat, atau sosok elite.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X