Catatan dari Festival Lima Gunung 2024 di Magelang, bagaikan iringan gelombang raga dan jiwa dalam konstruksi makna 'Kiblat papat lima pancer'

photo author
- Sabtu, 30 November 2024 | 20:00 WIB
Para tokoh Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah berurutan memukul gong tanda puncak Festival Lima Gunung XXIII/2024 di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan di Magelang, Minggu (29/9/2024). (MERAPI-ANTARA/Hari Atmoko)
Para tokoh Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah berurutan memukul gong tanda puncak Festival Lima Gunung XXIII/2024 di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan di Magelang, Minggu (29/9/2024). (MERAPI-ANTARA/Hari Atmoko)

HARIAN MERAPI - Festival Lima Gunung XXIII/2024 di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah dilaksanakan 17--29 September 2024 lalu. Berikut beberapa catatan kegiatan buday tahunan itu.

Mereka yang menghadirkan energinya untuk pergi ke acara tersebut, bagaikan iringan gelombang raga dan jiwa yang datang dalam konstruksi makna "Kiblat papat lima pancer".

Beragam pemaknaan pun hadir atas filosofi Jawa itu. Para seniman cum petani Sanggar Saujana Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, mewujudkan filosofi itu menjadi karya instalasi seni empat panggung dan satu panggung utama untuk Festival Lima Gunung.

Baca Juga: Untuk bangun 800 ribu rumah KPR FLPP, BTN butuh Rp80 triliun

Sebanyak empat panggung, ada setinggi 2 dan 3 meter dengan masing-masing seluas 1 meter persegi, perwujudan mata angin timur, selatan, barat, dan utara, sedangkan panggung utama dua level,

masing-masing 60 meter persegi (tempat pengiring) setinggi 1 meter dan 120 meter persegi (pementas) setinggi 70 sentimeter, simbol kiblat kekuatan hidup manusia, yakni Sang Ilahi dan batin.

Selama 3 bulan, mereka swadaya dan gotong royong mengerjakan instalasi seni panggung, penjor, dan dusunnya dengan berbagai bahan dari lingkungan alam pertaniannya.

Warga tetangga dusun terpantik membantu Keron mengerjakan instalasi seni dan keperluan lainnya guna menghadirkan energi puncak Festival Lima Gunung pada 25--29 September 2024.

Baca Juga: Erick Thohir Ingatkan Hal Ini Usai Timnas Indonesia Naik Ranking FIFA, Intip Tantangan Marselino cs Demi Capai 100 Besar!

"Dari empat mata angin itu, tertuju kepada pancer (titik pusat), yaitu Gusti Allah dalam batin manusia," kata Ketua Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang yang juga pimpinan Sanggar Saujana Keron, Sujono, dilansir Antara.

Secara khusus, ia menuangkan ide instalasi seni dari bambu menjadi wujud 25 semut ireng (hitam) ukuran raksasa, ditempatkan di atas panggung sebagai penerjemahan tema festival, "Wolak-Waliking Jaman Kelakone".

Satu semut ukuran paling besar ditempatkan di antara 24 semut lainnya, yang masing-masing menggambarkan memegang gawai, dimaksudkan sebagai kehidupan yang selalu harus ada kepemimpinan mumpuni, arif, dan bijaksana, agar tetap pada juntrungan. Mereka menamai "Panggung Semut".

Siapa pun yang mencapai lokasi festival dan memandang panggung, serasa dibawa pada imajinasi dan inspirasi tentang karakter dan perilaku semut, antara lain, ihwal persaudaraan, keramahan, kebersamaan hidup, dan pengaruh kepemimpinan sosok yang tak harus tampak.

Baca Juga: Kondisi Cuaca Ekstrem, Dinas Pertanian Sukoharjo Pantau Lahan Pertanian Rawan Banjir

Komunitas Lima Gunung dengan basis kelompok seniman petani dusun-dusun di kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh Kabupaten Magelang, penyelenggara festival setiap tahun secara mandiri itu, dengan tempat berpindah-pindah dusun. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X