HARIAN MERAPI- Carita cekak atau biasa disingkat cerkak termasuk karya sastra Jawa wujud prosa. Bahasa yang digunakan dalam cerkak , yakni Bahasa Jawa.
Jika dibandingkan dengan novel, jauh lebih ringkas. Bahkan, isi cerkak tak bisa menceritakan banyak paraga (tokoh). Sehingga, paraga dalam cerkak idealnya dibatasi, seperti cukup dua atau tiga.
Selain itu dalam cerkak menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti, berbeda dengan kata-kata yang digunakan dalam puisi berbahasa Jawa atau geguritan.
Baca Juga: Israel serang pasukan perdamaian PBB di Lebanon, begini protes Indonesia
Hal tersebut dijelaskan Budi Sardjono (sastrawan/novelis) saat menjadi pemateri Pelatihan Menulis Cerkak di lokasi kuliner, Disawa Pawon kawasan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Kamis (10/10/2024).
Budi yang juga sekretaris Paguyuban Sastra Budaya Jawa (Pasbuja) Kawi Merapi Sleman mengungkapkan pula, suatu karya cerkak bisa kian menarik pembaca, sebab pangripta (penulis) mampu lihai dalam merangkai cerita (plot) dengan sebaik mungkin.
“Namanya saja cerita, tentu ada yang dapat diceritakan terkait berbagai kejadian maupun konflik para tokoh dalam cerkak. Selain itu, cerkak yang baik, biasanya punya pesan ataupun misi tertentu, namun jangan sampai menggurui pembaca,” terangnya.
Ditambahkan Budi Sardjono yang juga sering disapa Budsar, karena cerkak menggunakan Bahasa Jawa, maka penting memperhatikan kata-kata yang berbeda dengan Bahasa Indonesia.
Baca Juga: Deddy Pranowo Eryono Kembali Terpilih sebagai Ketua BPD PHRI DIY Periode 2024-2029
Sebagai contoh, jika yang dimaksud angka dua, maka ditulis: loro. Lain halnya jika terkait dengan terserang gangguan kesehatan (penyakit), maka ditulis: lara.
Sehingga, jangan sampai ada kalimat: “Bojone Kang Darmin loro banjur digawa neng Puskesmas.” Namun, yang benar sebagai berikut: “Bojone Kang Darmin lara banjur digawa neng Puskesmas.”
Sementara itu ketua panitia Pelatihan Menulis Cerkak tersebut, Hastuti Wijaya Kusuma mengungkapkan, kegiatan bisa terselenggara, sebab ada kolaborasi dengan beberapa pihak.
Antara lain, ada Kemendikbudristek, Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Indonesia, TBM Wijaya Kusuma dan Badan Bahasa Bermartabat. Sedangkan tema yang diusung, yaitu “Nguri-uri Sastra Jawa Kanthi Nulis Cerkak.”
Baca Juga: Tebus Ijazah Tertahan di Sekolah Swasta, Disdikpora DIY Anggarkan Rp2,4 Miliar