HARIAN MERAPI - Kegiatan ngamen bersama biasa diterapkan seniman maupun sastrawan untuk menggalang dana. Hasil ngamennya, antara lain bisa diserahkan ke sejumlah lembaga sosial.
Agar kian berkesan, bermakna hingga banyak manfaatnya, cara atau prosesi ngamen bersama pun tak asal-asalan. Bahkan, penting pula disiapkan jauh-jauh hari.
Adapun agenda ngamen bersama bertajuk Ngamen Ambal Warsa, saat ini tengah disiapkan oleh salah satu sastrawan Bahasa Jawa, Akhir Lusono dan dibantu lima teman akrabnya.
Baca Juga: Ibu bejat, antarkan putrinya untuk dicabuli kepala sekolah di Sumenep, karena diiming-imingi ini
Akhir yang pernah aktif menjadi politikus besutan Yusril Ihza Mahendra sangat berharap, hasil dari ngamennya dapat maksimal, lalu diserahkan ke sejumlah pantai asuhan.
“Lima teman saya yang sudah membantu persiapan pelaksanaan Ngamen Ambal Warsa, yaitu Slamet, AP, S.Sn, Sugiyatno, Supriyanto, Prantono dan Sarjiman,” ungkap Akhir, baru-baru ini.
Menurutnya, berbagai kegiatan unik alias nyentrik yang pernah diprakarsainya, antara lain bersama Suryanto Sastra Atmojo (Alm.) dan Heniy Astiyanto membuat Fragmen Gurit Anak Wengis Ibu Nangis.
Pernah pula menggelar performance ekstrem bersama almarhum Hari Leo Ar (Alm.) di Taman Budaya Yogyakarta.
Lalu, bersama Mustofa W Hasyim pernah membaca puisi Jawa selama 6666 menit, dan mendapatkan penghargaan MURI.
Ada lagi, pembacaan puisi Jawa atau geguritan pada sumbu filosofi DIY, mulai dari lereng Merapi, Tugu Jogja, Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta, Kandang Menjangan sampai Parangkusumo.
“Dari satu tempat sumbu filosofis DIY ke sumbu filosofi lainnya, saya menggunakan transportasi sepeda motor dan berpakaian tokoh wayang Werkudara,” kenangnya.
Lulusan ISI Yogyakarta ini pun pernah mendapat penghargaan dari Balai Bahasa Yogyakarta (BBY), yakni kategori tokoh Penggerak Bahasa dan Sastra Jawa.