Keraton Yogyakarta selenggarakan Grebeg Maulud 2024 sebagai sarana nguri-uri budaya sekaligus meningkatkan kunjungan wisata

photo author
- Senin, 16 September 2024 | 19:42 WIB
Arak-arakan Grebeg Mulud 1958 Je di sepanjang jalan Malioboro Yogyakarta. (Dinas Kebudayaan DIY)
Arak-arakan Grebeg Mulud 1958 Je di sepanjang jalan Malioboro Yogyakarta. (Dinas Kebudayaan DIY)

HARIAN MERAPI - Sebagai bagian dari pelestarian budaya Yogyakarta, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY senantiasa mendukung dan memfasilitasi kegiatan Grebeg Mulud yang merupakan acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad di Yogyakarta.

Rangkaian Grebeg Mulud oleh Keraton Yogyakarta dimulai dengan Miyos Gongso (9/9/2024), Numplak Wajik (13/9/2024), Kondur Gongso (15/9/2024), hingga puncaknya yakni pemberian gunungan/pareden Grebeg Mulud.

Masyarakat dapat menyaksikan rangkaian Grebeg Mulud secara cuma-cuma karena gunungan tersebut diperuntukkan bagi masyarakat.

Baca Juga: My Homies Gelar Seni dan Budaya Papua di Titik Nol Kilometer Yogya, Ini Tujuannya

Rangkaian Grebeg Mulud tersebut menarik antensi masyarakat Yogyakarta maupun wisatawan, disepanjang titik acara maupun rute perjalanan bregada yang membawa gunungan/pareden disaksikan banyak penonton.

Sebagai puncak rangkaian Grebeg Mulud 1958 Je, Senin (16/9) Kraton memberikan sedekah gunungan/pareden kepada masyarakat. Gunungan/pareden tersebut oleh bregada Kraton dibawa ke Masjid Gedhe, Kadipaten Pakualaman, Kantor Pemda DIY atau Kepatihan Yogyakarta, dan Ndalem Mangkubumen.

Gunungan tersebut terdiri dari lima jenis yang berisikan hasil bumi, wajik, dan rengginang, terdiri dari Gunungan Kakung, Gunungan Putri, Gunungan Gepak, Gunungan Darat dan Gunungan Pawuhan.

Pemberian gunungan tersebut mengandung makna pemberian dari Ngarsa Dalem (Raja Kraton) untuk masyarakat, sekaligus wujud syukur kepada Tuhan YME dalam bentuk ubo rampe yang dibagikan kepada masyarakat luas.

Baca Juga: Lima tuntunan menjaga keluarga dalam Al-Quran, di antaranya memerintahkan dan saling mengingatkan untuk rajin shalat

Prosesi pemberian gunungan di Kantor Pemda DIY atau Kepatihan Yogyakarta berjalan dengan khidmat.

Arak-arakan bregada yang membawa gunungan atau Pareden bergerak dari arah Kraton menuju ke utara menyusuri jalan Malioboro.

Diawali dengan 4 ekor gajah disusul dengan bregada dan abdi dalem Kraton, setelah sampai di titik nol kemudian arak-arakan gunungan/pareden terbagi menjadi dua, satu gunungan diarak ke Kadipaten Pakualaman dan pareden satunya diarak menuju Kepatihan.

Di kompleks Kepatihan bangsal Wiyata Praja dibagikan sejumlah ubo rampe gunungan berwujud rengginang untuk para aparatur sipil negara. Sebelumnya tamu undangan menyaksikan kesenian Cokekan dari Pendamping Budaya Kabupaten Sleman dan Tari Badui Putra Kembaran ciptaan Bagong Kusudiarjo dari Pendamping Budaya Kabupaten Sleman.

Baca Juga: Berusia 344 tahun, masyarakat diajak lestarikan Keraton Kartasura

Dalam acara tersebut, uba rampe pareden gunungan diterima oleh Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Drs.Tri Saktiyana, M.Si setelah prosesi penyerahan oleh utusan dalem Keraton Yogyakarta KRT. Wijaya Pamungkas.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X