harianmerapi.com - Angan-angan Marno dan Juwita yang serakah untuk memiliki seluruh kekayaan peninggalan Marni yang luar biasa banyaknya ternyata tak sepenuhnya bisa terpenuhi.
Saat hitung-hitungan harta warisan yang dimiliki Marni, banyak di antaranya yang menjadi milik yayasan dan beberapa perusahaan dimiliki oleh banyak orang sesuai dengan besaran sahamnya.
Tidak semua harta itu milik Marni, sehingga tidak secara otomatis bisa dialihtangankan ke keluarganya sebagai ahli waris.
Baca Juga: Kekayaan Bukan Segalanya 1: Marni Gadis Kecil yang Enerjik dan Punya Sikap Mandiri
Meski demikian, sebenarnya masih banyak bagian yang diterima oleh Marno. Terutama rumah tempat tinggal yang megah dan kepemilikan saham di perusahaan.
Toh begitu, Juwita tak merasa puas dengan apa yang barus saja diterimanya. Ia punya impian memiliki semua harta yang dikiranya milik saudara iparnya itu.
"Bagaimana sih Mas kok bisa begitu. Masak harta Mbak Marni harus dibagi-bagi dengan orang lain," keluh Juwita.
"Aturannya memang seperti itu. Mbak Marni mendirikan perusahaan bersama rekanan yang lain, jadi otomatis mereka juga punya hak," jelas Marno yang tetap belum bisa diterima dengan legawa oleh istrinya.
Baca Juga: Mimpi Misteri Diajak Terbang Capung, Jatuh ke Sawah Badan Jadi Basah Beneran
"Kalau begitu ya sudah, bagian kita untuk kita semua. Bapak dan ibu nggak usah dikasih. Mereka kan sudah tua, tidak perlu harta berlebih nanti malah dihambur-hamburkan," kata Juwita lagi dengan nada ketus.
"Iya, semua untuk kita. Bapak dan ibu pasti juga tidak akan mau menerima warisan dari Mbak Marni. Mereka sudah cukup hidup dengan uang pensiun," jelas Marno untuk memuaskan istrinya.
Semua pembicaraan itu didengar Bu Baroto, yang kebetulan tengah menyulam baju di kamar sebelah. Bu Baroto pun hanya bisa mengelus dada.
Hancur rasa hatinya mendengar omongan yang menyakitkan itu. Benar, ia tidak mengincar dan memang tidak ingin mendapat bagian warisan dari anaknya sendiri.
Baca Juga: Hati-hatilah dengan Fitnah karena Termasuk Dosa yang Tak Terampuni Oleh Allah SWT
Tapi tak seharusnya hal itu diomongkan oleh menantunya sendiri. Kalau pun ia diberi, pasti akan dikembalikan untuk Marno. Bu Baroto hanya memikirkan cucunya, jangan sampai sifat-sifat serakah orang tuanya itu menular.