Kekayaan Bukan Segalanya 15: Manusia Merencanakan Tuhan yang Menentukan, Kekayaan Tak Mampu Jadi Penyelamat

photo author
- Jumat, 28 Januari 2022 | 09:00 WIB
Marni menghembuskan nafas terakhir dengan meninggalkan kekayaan melimpah. (Ilustrasi Pramono Estu)
Marni menghembuskan nafas terakhir dengan meninggalkan kekayaan melimpah. (Ilustrasi Pramono Estu)

harianmerapi.com - Manusia hanya bisa merencanakan, namun pada akhirnya Tuhan yang menentukan. Tim dokter yang merawat Marni sudah berjuang dengan keras untuk melawan penyakit kanker yang dideritanya.

Bahkan ada niat untuk membawanya ke luar negri agar mendapat penanganan di rumah sakit yang memiliki fasilitas canggih. Namun sepertinya semua sudah terlambat. Kekayaannya yang melimpah tak mampu jadi penyelamat.

Berawal dari mengabaikan rasa sakit yang sudah cukup lama, maka akibatnya menjadi fatal. Kanker yang menggerogoti tubuh Marni sudah sulit untuk dilawan karena telah menjalar ke organ tubuh vital.

Baca Juga: Kekayaan Bukan Segalanya 1: Marni Gadis Kecil yang Enerjik dan Punya Sikap Mandiri

Pada dini hari yang sunyi, dengan ditunggui kedua orang tua dan saudaranya, Marni pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Rasa kehilangan sangat dirasakan Pak Baroto. Anaknya yang menjadi kebanggaan atas suksesnya dalam meniti karir hingga meraih kekayaan luar biasa, kini telah mendahului dirinya.

Di mata orang banyak, Marni memang menjadi orang sukses, sekalipun mereka tidak tahu bagaimana sebenarnya hubungan dengan keluarganya.

Rasa semedhot juga dirasakan Bu Baroto, yang selama ini telah menahan perasaan dalam menghadapi sikap Marni yang sangat keras jika sudah punya keinginan.

Baca Juga: Hati-hatilah dengan Fitnah karena Termasuk Dosa yang Tak Terampuni Oleh Allah SWT

Kesedihan itu lebih dirasakan karena hingga akhir hayatnya, Marni masih berstatus gadis. Harapannya untuk mendampingi Marni saat di pelaminan pun sirna.

Marno yang selama ini mempunyai hubungan tidak baik pun turut merasakan kesedihan. Orang bilang 'tego lorone ora tego patine'.

Saat mendengar kabar Marni sakit, Marno masih bersikap acuh tak acuh karena kakaknya itu tak pernah memberinya bantuan meski kehidupan ekonominya masih sulit.

Bahkan dalam hati Marno ada sedikit rasa senang, berharap kakaknya itu mendapat pelajran hidup.

Baca Juga: Pengalaman Lucu Tak Sadar Sepatu Tertukar Sebelah Saat Salat di Masjid dan Pergi ke Pasar Bunga Tak Bawa Uang

Tapi saat melihat Marni terbujur kaku, tetap saja Marno tak kuasa menahan rasa sedihnya. Terlepas dari sikapnya selama ini, Marni adalah satu-satunya saudara kandung yang dimilikinya.

Marno sangat menyesal selama ini memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan kakaknya itu. Sekarang baru disadari, bahwa perlakuan Marni selama ini lebih dikarenakan sikap dirinya juga yang malas-malasan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X