harianmerapi.com - Hari-hari dilalui Tinuk dengan penuh suka cita. Ia sekarang hidup bahagia karena tidak perlu lagi bekerja keras membuat jamu dan berkeliling untuk menjualnya.
Semua kebutuhan hidup telah dicukupi oleh Warno, Pak Mandor proyek bangunan yang resmi menjadi suaminya.
Hari-hari pun berlalu dengan cepat. Tak terasa lima bulan sudah, Tinuk bestatus sebagai seorang istri. Ia tak merasa curiga, ketika Warno mulai jarang pulang ke rumah.
Baca Juga: Cerita Misteri Gerobak Sapi yang Dipercaya Sebagai Pembawa Rezeki
Dengan berbagai alasan, Pak Mandor belakangan lebih sering berada di luar rumah. Hingga akhirnya suatu hari datang seorang perempuan yang tidak dikenalnya.
Perempuan yang usianya lebih tua dari Tinuk itu datang dengan baik-baik. Setelah dipersilakan duduk dan bicara basa-basi, perempuan yang mengaku bernama Bu Surti (nama samaran) itu pun mulai membicarakan maksud kedatangannya.
"Apakah orang yang bernama Warno sering datang kemari?" tanya Bu Surti.
"Benar Ibu, dia suami saya," jawab Tinuk dengan bangga.
Baca Juga: Menanamkan Kedisiplinan pada Anak, Ini Aspek-aspek yang Harus Diperhatikan Orang Tua
Bu Surti hanya tersenyum mendengar jawaban Tinuk. Sejenak kemudian, baru dia melanjutkan pembicaraan. "Apakah dik Tinuk dengan Warno menikah secara resmi di KUA?"
"Memang kami belum menikah di KUA. Kata Mas Warno, nanti kalau sudah ada waktu longgar. Sekarang kami baru menikah siri dulu," jelas Tinuk.
"Maaf Dik, terpaksa Ibu harus memberi penjelasan soal kebenaran tentang Warno. Semua ini juga demi kebaikan dik Tinuk juga. Sebenarnya saya adalah istri sah Warno."
Baca Juga: Horor Ketika Gendruwo Marah 3: Pesan Paranormal Pohon Beringin Ditebang dan Kayunya Dibakar
Tinuk kaget bukan kepalang mendengar ucapan Bu Surti. Ia menduga Bu Surti hanya mengarang cerita untuk memperdaya dirinya.
"Selama ini Mas Warno mengaku tidak punya istri," kata Tinuk.
"Itu kata-kata basi. Sudah berapa perempuan yang menjadi korban Warno. Ia punya banyak istri simpanan. Dik Tinuk bukan yang pertama. Warno tidak kapok-kapoknya mengulang perbuatannya," jelas Bu Surti.
"Tapi apa buktinya ibu istrinya Mas Warno," kata Tinuk masih belum percaya.
"Dik Tinuk, saya datang ke sini tidak untuk membuktikan bahwa saya istrinya Warno. Saya hanya mengingatkan bahwa dik Tinuk adalah korban yang kesekiankalinya dari kelakuan Warno, yang punya hobi menjandikan perempuan yang dikenalnya sebagai istri simpanan. Setelah proyek yang dikerjakan selesai, akan ditinggalkannya begitu saja."