WAKTU berjalan begitu cepat. Surya dan Putri sudah mulai menginjak usia dewasa. Surya kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta terkenal, sementara Putri masih sekolah di SMA. Mereka menyadari bahwa hubungan di antara keduanya bukanlah saudara kandung.
Namun baik Surya maupun Putri tak pernah mempersoalkan. Bahkan Surya tetap menyayangi Putri layaknya adik kandung sendiri. Begitu pula putri, tak merasa Surya hanyalah kakak angkat.
Setiap ada ganjalan di hati, Dina selalu curhat bukan ke orang tuanya namun justru ke Surya. Apalagi jika menyangkut hubungannya dengan seorang laki-laki, maka Putri akan minta pertimbangan pada Surya.
Baca Juga: Minuman Berbahan Rempah dan Empon-empon Tingkatkan Imun dan Lancarkan Sirkulasi Darah
Dengan sabar Surya mendengarkan curahan hati Dina dan kemudian memberi nasihat yang terbaik menurut pikirannya. Begitu pula sebaliknya, jika ada persoalan dengan teman gadisnya, Surya juga mencurahkannya kepada Dina sekalipun usianya lebih kecil.
Hubungan Surya dengan Parno maupun Dina juga tak pernah ada persoalan. Parno memberi kebebasan pada Surya untuk menentukan pilihannya. Jika ingin kembali ke orang tua kandungnya tidak akan dilarang, dan tetap akan menerima Surya sampai kapan pun selama ia masih mau menganggap dirinya sebagai orang tua.
Hanya sesekali Surya menyambangi Bu Karto saat dirinya merasa rindu. Sejauh ini hubungannya ibu maupun bapak kandungnya memang cukup baik. Agak berbeda dengan saudara-saudara kandungnya, yang sejak kecil tidak pernah bergaul sehingga terasa ada jarak.
Baca Juga: Aplikasi PeduliLindungi Sempat Heboh Belakangan Ini. Tengok Fasilitas Apa Saja di Dalamnya
Apalagi dengan saudara kandung yang sudah diambil orang lain untuk dianggap sebagai anak angkat, sebagaimana nasib yang dialami Surya. Silaturahmi memang tetap ada, namun seakan hanya formalitas saja bahwa mereka sesungguhnya merupakan saudara kandung.
Ingin rasanya Surya membantu perekonomian kedua orang tua dan saudara-saudaranya yang kadang menghadapi kesulitan. Namun dirinya tak berdaya, karena belum punya penghasilan sendiri. Setiap bulan uang saku dari Parno hanya cukup untuk kebutuhan sekolahnya. Kadang memang ada kelebihan sedikit, dan setiap ada kesempatan pasti diberikan kepada Bu Karto.
"Bu ini Surya ada sedikit uang."
"Terima kasih nak, kebetulan hari ini Ibu belum makan karena Bapakmu sedang tidak ada pekerjaan," kata Bu Karto dengan mata berkaca-kaca.
Baca Juga: Lebaran di Kampung Gaib 3: Datang Burung Aneh Ingin Mengucapkan Terima Kasih
Di dalam rumah yang kecil dan sederhana itu, tinggal keluarga Karto dan beberapa saudara Surya. Termasuk kakak Surya, Giman (bukan nama sebenarnya) yang sudah berkeluarga dan memiliki anak pula.
Kondisi ini sebenarnya sangat menyusahkan Pak Karto, namun dirinya tak bisa mengusir anak-anaknya begitu saja. Bagaimana pun ia masih merasa bertanggung jawab dan harus menghidupi keluarganya dengan kemampuan yang dimiliki. (Bersambung)