Anugerah dan Bencana Kala Omicron Mendunia

photo author
- Sabtu, 15 Januari 2022 | 11:30 WIB
Prof Dr Sudjito SH MSi (Dok Pribadi)
Prof Dr Sudjito SH MSi (Dok Pribadi)

 

 

Oleh: Sudjito Atmoredjo

CUACA sedikit berawan. Sinar matahari menembus sela-sela awan. Pada ranah seni puisi, seorang penyair, dengan kelembutan jiwa, menggambarkan awan sebagai kapas-kapas putih. Terbang melayang-layang. Menghiasi keindahan langit. Memberi pengharapan, segera turunnya hujan. Tanah yang mati akan hidup kembali. Demi kemakmuran bumi, dan kelangsungan serta kenikmatan hidup penghuninya.

Pada saat yang sama, di pagi ini, angin berembus. Sumilir. Jendela dan pintu-pintu rumah segera saya buka. Harum bunga dan segarnya rerumputan, merambah ke ruangan-ruangan. Berbagai fenomena alam itu, hadir begitu saja.

Tanpa rekayasa manusia. Pastilah karena kehendak Sang Pencipta, Allah SWT. Segalanya, terasakan sebagai nikmat luar biasa. Bagi orang beriman, itulah sebagian dari ayat-ayat kauniyah. Bermakna sebagai pengingat, bahwa nikmat Allah SWT  amat banyak. Tehampar luas. Terbagi untuk semua makhluk. Tanpa pandang bulu.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Skenario Hadapi Lonjakan Omicron, Luhut Minta Masukan Pakar

Dalam perspektif Islam, angin dalam bentuk jamak (riyah), berkonotasi positif.  "Dan, berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, menjadi subur karena tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan angin (riyah). Dan, adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS al-Kahfi: 45).

Dijelaskan oleh Dr.Zaglul (dalam Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur'an al-Karim) bahwa angin merupakan sebuah aktivitas di antara bumi dan langit, dengan berbagai fungsi yang diembannya. Sejalan dengan penjelasan itu, dalam sains, angin dikenal melalui pergerakan udara. Pergerakan udara disebabkan oleh putaran bumi, dan pemanasan di permukaan bumi. Akibatnya, terjadilah perbedaan tekanan udara. Udara pun  menjadi bergerak. Mengalir, dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. 

Dalam pandangan Nasaruddin Umar (2020) bahwa tiap-tiap angin, sesuai dengan ketinggiannya, memberikan fungsi dan manfaat dalam kehidupan makhluk biologis. Inilah yang disebut di dalam ayat: "…dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS al-Baqarah: 164).

Baca Juga: Denny Siregar Tuding Santri Calon Teroris, Mantan Menkominfo: Anda Fitnah Santri, Untungnya Apa Sih

Dalam hamparan kenikmatan luar biasa demikian, fabiayyi ala irobbikuma tukadziban (فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ), artinya: maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. Peringatan ini diulang-ulang hingga 31 kali, sebagaimana tersurat dalam QS. Ar-Rahman (55). Tersirat, ada sentilan, ada pesan moral, betapa pentingnya kita selalu mengingat kebesaran-kebesaran Sang Pencipta.

Disadari bersama, bahwa kehidupan manusia senantiasa berkelindan antara nikmat dan sengsara. Antara pahala dan dosa. Antara anugerah dan bencana. Ada kehidupan yang berawal dengan kenikmatan, tetapi berakhir dengan kesengasaraan. Pun pula ada sebaliknya, berawal dari kesengsaraan, tetapi bermuara pada kenikmatan.

Kiranya, semua manusia berharap, dari awal hingga akhir, kehidupannya sarat dengan kenikmatan, tanpa kesengsaraan. Mungkinkah itu? Jawabnya: tidak mungkin. “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).” (QS.Al-Baqarah: 155-156).

Baca Juga: Air Cucian Beras Bantu Atasi Jerawat, Masih Ada Manfaat Lain untuk Kulit dan Rambut

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB
X