opini

Renungan Tragedi Sepakbola Kanjuruhan

Rabu, 19 Oktober 2022 | 10:00 WIB
Prof Dr Sudjito SH MSi (Foto:Dok Merapi)

Oleh: Sudjito Atmoredjo*

Menjadi pesepakbola profesional merupakan pilihan jalan hidup, bagi mereka yang memiliki talenta. Menjadi penyelenggara pertandingan sepakbola pun, merupakan pilihan jalan hidup serupa.

Tak kurang dari itu, sekadar menjadi sponsor, aparat keamanan, maupun supporter pun, merupakan aktivitas wajar dalam rangka memperoleh kepuasan, ketika pertandingan berjalan lancar, dan kesebelasan jagonya menang.

Ihwal persepakbolaan nasional dan tragedi Kanjuruhan, sengaja diangkat dalam artikel ini, dengan maksud agar penyelesaian kasusnya dituntaskan secara utuh dan menyeluruh. Aspek filosofi, sosiologi, yuridis, maupun dasa-dasar keimanan dijadikan sandaran untuk pembenahannya. Harapannya, ke depan tragedi serupa tak terulang. Lebih dari itu, persepakbolaan dapat diposisikan sebagai aktivitas olah raga yang bernilai ibadah.

Baca Juga: Guru dan orang tua harus waspada, faham intoleransi mulai masuk ke kalangan pelajar

Dipahami bersama bahwa hakikat hidup adalah gerak, aktivitas, atau amalan. Selagi jiwa masih bersatu dengan raga, itulah pertanda manusia masih hidup. Pasti dan wajib baginya, mencari penghidupan. Pencarian itu dilakukan dengan berbagai amalan, baik bersifat rohaniah-spiritual maupun jasmaniah-material. Salah satu bentuk aktivitas itu adalah sepakbola.

Ungkapan Jawa “ora obah, ya ora mamah”. Dalam situasi wajar, tanpa gerak, tanpa bekerja, tiada mungkin rezeki diperolehnya. Dalam makna luas, rezeki mencakup segala sesuatu yang berguna untuk mendukung kelangsungan hidup, peningkatan harkat, dan martabat kemanusiaan. Dalam dunia pesepakbola, ketika aktivitas sepakbola dihentikan, akan berakibat banyak pihak terhenti rezekinya.

Herakleitos, seorang filsuf yang hidup sekitar abad 500 SM mengatakan, “Panta rhei kai uden menei” (semua mengalir, tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap). Maknanya, semua makhluk hidup di alam semesta ini, dipastikan bergerak dalam keteraturan. Pergerakannya seolah air mengalir. Kehidupan akan sehat bila air terus mengalir. Sebaliknya bila aliran air terhenti, terjadi genangan, maka di situ rawan berjangkit berbagai penyakit. Hidup dan kehidupan menjadi tidak sehat.

Baca Juga: Modus penimbunan BBM bersubsidi di Bantul, modifikasi tangki mobil mampu menampung 500 liter solar sekali isi

Air dan alirannya itu, dapat dipadankan dengan insan-insan sepakbola berikut sarana dan prasarananya. Seluruhnya, mesti mengalir, berinteraksi, untuk saling memberi sesuai peran masing-masing. Keterpaduan interaksi inilah yang akan menjamin persepakbolaan tumbuh dan berkembang dengan sehat.

Allah SWT mengingatkan hamba-Nya, agar melakukan pengembaraan (berjalan, berkelana, menjelajah) ke seluruh penjuru dunia. Melalui dan dalam pengembaraan itu, pahamilah tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Gunakan mata kepala maupun mata hati. Carilah rezeki yang halal dan thoyib, diberbagai penjuru mata angin. Jangan sekali-kali mendustakan para rasul. Segalanya, manfaatkanlah untuk mendukung kehidupan, hingga diperoleh kesejahteraan, lahir-batin, dunia-akhirat. (QS al-Haj:46; QS Ali 'Imran:137).

PSSI dan pihak-pihak terkait, mesti (sudah dan terus) melakukan pengembaraan ke negara-negara lain, yang telah maju persepkabolaannya. Dari sanalah, kualitas penyelenggaraan pertandingan, maupun kualitas sepakbola, ditimba, untuk digunakan dalam rangka pembenahan persepakbolaan nasional. Tak kurang dari itu, masyarakat pun perlu belajar dan meniru menjadi suporter yang baik, sebagaimanaa suporter di negara lain.

Baca Juga: UMY gelar Rektor Menyapa, bahas seputar program Kampus Sehat Senyaman Taman

Rasulullah SAW mengajarkan dan meneladankan tentang arti penting kehidupan di dunia ini, layaknya musafir (pengembara). Beliau tidak memiliki kecenderungan (kecintaan) terhadap dunia. Keberadaannya di dalam dunia seperti seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkan pohon tersebut (HR Tirmidzi). Pengembaraan diawali dari niat karena Allah. Dilakukan sesuai dengan rambu-rambu (petunjuk) Allah. Akan berakhir pada titik pertemuan dengan kehendak Allah.

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB