HARIAN MERAPI - Ikhlas adalah kata dalam bahasa Arab yang memiliki arti ''sungguh-sungguh'' atau ''dengan tulus''. Dalam konteks beragama Islam, ikhlas sering kali diartikan sebagai keikhlasan hati dalam beribadah kepada Allah SWT tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan dari sesama manusia.
Pada intinya, ikhlas dalam beragama adalah sikap menerima segala sesuatu dengan tulus hati dan tanpa pamrih. Semua aktivitas yang dilakukan sehari-hari semata-mata untuk mencari ridha-Nya.
Ikhlas adalah melakukan sesuatu dengan niat yang tulus dan suci, tanpa ada motivasi lain
yang tidak baik, seperti riya' atau sum'ah.
Contoh Ikhlas dalam Beragama: (1) melakukan shalat dengan niat yang tulus untuk mencari ridha Allah SWT, (2) berzakat dengan niat untuk membersihkan harta dan jiwa, (3) berpuasa dengan niat untuk meningkatkan kesadaran dan takwa kepada Allah SWT, dan beramal saleh dengan niat untuk mencari ridho Allah SWT dan bukan untuk mencari pujian dari manusia.
Ikhlas dalam beragama memiliki beberapa manfaat, seperti: (1) meningkatkan kualitas
ibadah: ikhlas dapat meningkatkan kualitas ibadah dan membuatnya lebih diterima di sisi Allah SWT,
(2) meningkatkan kesadaran spiritual: ikhlas dapat meningkatkan kesadaran spiritual dan membuat seseorang lebih dekat dengan Allah SWT, dan (3) mengurangi motivasi yang tidak baik: ikhlas dapat mengurangi motivasi yang tidak baik, seperti riya' atau sum'ah, dan membuat seseorang lebih fokus pada tujuan yang sebenarnya.
Dengan memiliki niat yang ikhlas, seseorang dapat meningkatkan kualitas ibadah dan kesadaran spiritualnya, serta mencapai tujuan yang diinginkan dalam beragama.
Baca Juga: Sikomhati jadi jurus baru lawan cyberbullying di sekolah, Dikpora DIY beri dukungan penuh
Terdapat banyak dalil dari Al-Quran yang menjelaskan tentang keharusan ikhlas dalam
beragama; yakni:
Pertama, bersyukur karena dapat pertolongan dari Allah SWT. Firman Allah SWT: “Dialah
(Allah) yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, lalu meluncurlah (kapal) itu membawa mereka dengan tiupan angin yang baik dan mereka bergembira karenanya.
Kemudian, datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru dan mereka pun mengira telah terkepung (bahaya). Maka, mereka berdoa dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (seraya berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Yunus; 10:22).
Kedua, beragamalah dengan lurus. Firman Allah SWT: “(Aku juga diperintah dengan firman-
Nya), “Hadapkanlah wajahmu kepada agama (Islam) dengan lurus dan janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang musyrik. Janganlah engkau sembah selain Allah, sesuatu yang tidak memberi manfaat kepadamu dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu, sebab jika engkau lakukan (yang demikian itu), sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.” (QS. Yunus; 10:105-106).
Ketiga, berdoalah kepada-Nya baik dalam keamanan senang maupun susah. Firman Allah
SWT: “Apabila naik ke dalam bahtera, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya. Akan tetapi, ketika Dia (Allah) menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. Al-‘Ankabut; 29:65).