Wisata budaya Lengger Tapeng Kulon Progo, tarian sakral dari dataran tinggi Perbukitan Menoreh

photo author
- Jumat, 28 Oktober 2022 | 09:30 WIB
Tarian Lengger Tapeng dalam sebuah pertunjukan di perbukitan Menoreh desa Nglinggo, Pagerjurang, Samigaluh, Kulon Progo.  (kemenparekraf)
Tarian Lengger Tapeng dalam sebuah pertunjukan di perbukitan Menoreh desa Nglinggo, Pagerjurang, Samigaluh, Kulon Progo. (kemenparekraf)



HARIAN MERAPITarian Lengger Tapeng menjadi salah satu wisata budaya dari dataran tinggi Perbukitan Menoreh Kulon Progo. Dalam sejarahnya tarian ini merupakan kesenian sakral.


Padukuhan Nglinggo di dataran tinggi Perbukitan Menoreh Kulon Progo mewarisi kesenian sakral bernama Lengger Tapeng.


Kesenian Lengger Tapeng yang dulu dipercaya sakral ini sekarang menjadi paket wisata budaya desa di Perbukitan Menoreh Kulon Progo tersebut.

Baca Juga: Pertemuan Airlangga - Antonio Guterres, Sekjen PBB dukung penuh Presidensi G20 Indonesia dan KTT G20 di Bali


Tarian yang dipercaya warisan zaman Sunan Kalijaga ini biasa dimainkan oleh empat orang penari wanita dan 11 pria.


Empat penari wanita disebut ledhek, dan 11 penari pria berperan sebagai pengibing.


Sebagai paket wisata budaya, tarian Lengger Tapeng ini setidaknya dimainkan setahun sekali pada saat upacara adat Saparan di Padukuhan Nglinggo.

Baca Juga: Peruntungan horoskop Shio Macan Sabtu 29 Oktober 2022, kehidupan rumah tangga tampaknya berjalan lancar


Namun sebagai pertunjukan seni dan daya tarik wisata, Tarian Lengger Tapeng juga dimainkan di ketinggian bukit Menoreh.


Meski sudah menjadi paket wisata budaya, masyarakat setempat tetap meyakini Lengger Tapeng bukan tarian biasa. Karenanya, dalam setiap pertunjukannya warga tidak berani sembarangan.


Teguh, tokoh masyarakat padukuhan Nglinggo Barat mengatakan tak seorangpun warga setempat berani meremehkan tarian Lengger Tapeng.

Baca Juga: Jangkau belasan ribu pelaku UMKM di 2021, GoTo kembali gelar Konferensi Maju Digital 2022


Hal itu karena sejak dulu Lengger Tapeng merupakan tarian keramat. Menurutnya, pada awalnya jumlah penarinya terdiri dari lima orang wanita dan lima orang pria.


Menurut Teguh, dulu semua penarinya dimainkan oleh laki-laki yang memakai topeng.
Beragam topeng yang dikenakan menggambarkan isi jagat semesta. Mulai dari hewan, manusia, dan raksasa.


Tarian itu juga dimainkan semalam suntuk dan terdiri dari beberapa babak. Dan, pada setiap babak penari berganti-ganti sesuai peran dan tembang yang dilantunkan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X