HARIAN MERAPI - Sestradi merupakan ajaran olah rasa melalui sarana nyata untuk berkontemplasi, sehingga pada akhirnya tercapai pemahaman tentang makna hidup.
Demikian diungkap Dr. Sri Ratna Saktimulya Kepala Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dalam Dialog Budaya yang diselenggarakan Kadipaten Pakulaman di Ndalem Kepatihan Pakualaman, Jum'at (22/7/2022) malam.
Lebih lanjut menurut pemilik nama Nyi Mas Tumenggung Sestorukmi paringan Ndalem KGPAA Paku Alam X, Sestradi merupakan ajaran yang secara turun temurun menjadi pelajaran moral dan akhlak di dalam lingkungan Kadipaten Pakualaman.
Baca Juga: ICoSI UMY digelar 2 hari, terungkap jika Indonesia miliki visi menjadi negara berpendapatan tinggi
Ajaran ini banyak ditemui dalam berbagai serat dan babad karya sastra yang berada di perpustakaan milik Kadipaten Pakualaman.
"Sestradi sendiri merupakan dua puluh satu sifat baik yang menjadi dasar yang harus dimiliki oleh seseorang dan dua puluh satu sifat buruk yang harus disingkiri dari kehidupan sehari-hari," tuturnya.
Ada pun sifat sifat baik yang harus dimiliki serta dikembangkan dalam kehidupan seseorang adalah, ngadeg (taqwa),
sabar (sabar), sokur (syukur), narima (tulus ikhlas), sura (berani), mantep (mantap hati), temen (jujur),
suci (suci), enget (ingat), serana (sarana), istiyar (ikhtiar), prawira (gagah), dibya (bijaksana), swarjana (mahir),
bener (benar), guna (pandai), kuwat (kuat), nalar (nalar), gemi (hemat), prayitna (waspada) dan taberi (tekun).
Sedangkan 21 watak yang harus disingkiri jauh-jauh dalam kehidupan bermasyarakat yaitu, ladak (angkuh), lancang (berkata tak sennoh),
lantap ( suka marah), lolos (lepas kendali), lanthang (dengki), langar (bengis), lengus (dendam), leson (malas),
(ng)lemer (serba lambat), lamur (tidak awas), lusuh ( tidak bersemangat), lukar (tidak punya rasa malu), langsar (suka merusak),
luwas (bodoh), lumuh (malas), lumpur (khianat), larad (melanggar larangaNya), (ng)lajok (tamak), lenggok (takabur) dan lengguk (suka menghina).