budaya

Festival Sendratari 2025 Angkat 'Api di Bukit Menoreh', Teguhkan Peran Seni sebagai Penjaga Nilai Budaya

Rabu, 17 Desember 2025 | 09:00 WIB
Salah satu penampil di Festival Sendratari 2025. (Dok. Istimewa)

HARIAN MERAPI - Festival Sendratari (Seni Drama dan Tari) 2025 kembali digelar sebagai upaya merawat keberlanjutan seni pertunjukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada pelaksanaan tahun ini, festival yang telah berlangsung selama lebih dari lima dekade tersebut mengangkat tema “Api di Bukit Menoreh”, terinspirasi dari karya monumental sastrawan S.H. Mintardja.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menyampaikan bahwa konsistensi penyelenggaraan Festival Sendratari dari generasi ke generasi telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan seni budaya, khususnya seni tari.

“Festival Sendratari yang berlangsung lintas generasi ini membawa kontribusi dan dampak yang luar biasa. Salah satunya, dewan juri yang bertugas saat ini adalah lulusan sendratari. Festival ini cukup banyak menghasilkan sumber daya manusia berkualitas dan mampu menginternalisasi nilai melalui seni pertunjukan, khususnya tari,” kata Dian.

Baca Juga: Pemda DIY bantu korban banjir Sumatera sebesar Rp3 miliar

Menurutnya, Festival Sendratari tidak hanya melahirkan penari-penari andal, tetapi juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM seni serta menanamkan nilai-nilai budaya melalui medium pertunjukan. Setiap karya yang dipentaskan dinilai memuat pesan perjuangan, kepahlawanan, dan semangat pantang menyerah yang tetap relevan dengan kondisi masa kini.

“Melalui seni dan budaya, nilai-nilai itu terus dijaga nyalanya. Seni adalah api yang tidak boleh padam,” terangnya.

Tema “Api di Bukit Menoreh” yang diangkat pada Festival Sendratari 2025 dinilai sarat dengan pesan moral dan historis. Dian menyebut karya-karya S.H. Mintardja mengandung nilai kejuangan, keberanian, dan kebersamaan yang penting untuk diwariskan kepada generasi muda.

Baca Juga: Transformasi ELTI Gramedia Yogyakarta: Resmikan Communal Space dan Program Bahasa Mandarin-Coding

“Karya-karya beliau menyuguhkan nilai luhur tentang kejuangan, keberanian, dan kebersamaan. Nilai-nilai inilah yang ingin kami internalisasikan secara utuh melalui Festival Sendratari,” ujarnya.

Melalui pengangkatan tema tersebut, para peserta diharapkan tidak hanya berfokus pada pengolahan estetika tari, tetapi juga memperdalam literasi dengan memahami konteks cerita, menafsirkan pesan, serta mentransformasikannya menjadi karya yang relevan dengan perkembangan zaman.

“Kami berharap Festival Sendratari tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga ruang saling mengapresiasi, belajar, dan melestarikan budaya. Semangat utamanya adalah kecintaan terhadap budaya, agar warisan leluhur terus hidup dan memberi arah bagi generasi mendatang,” tambahnya.

Baca Juga: Berkat Inovasi Gampil dan Sidamesra, Bantul Sabet Penghargaan Kabupaten Terinovatif

Setelah dua hari pertunjukan, Dinas Kebudayaan DIY menetapkan para pemenang Festival Sendratari 2025. Kabupaten Bantul keluar sebagai Penyaji Terbaik I melalui pementasan berjudul Singlon. Posisi berikutnya diraih Kota Yogyakarta dengan pementasan Guruh, disusul Kabupaten Gunungkidul lewat Suluh. Sementara Penyaji Terbaik IV diraih Kabupaten Sleman dan Penyaji Terbaik V oleh Kabupaten Kulon Progo.

Dominasi Kabupaten Bantul juga terlihat pada sejumlah penghargaan individu. Sutradara Terbaik diraih Muhammad Samiata, Penata Iringan Terbaik diberikan kepada Revraja Diwandono, Pemeran Utama Putra Terbaik diraih Irwanda Putra Rahmandika, Pemeran Utama Putri Terbaik diberikan kepada Nindian Kinaya Paramarastri, serta Penata Artistik Terbaik diraih Subekti Wiharto.

Adapun penghargaan Penata Tari Terbaik diraih Lintang Ayodya dari Kota Yogyakarta, Penata Rias dan Busana Terbaik diraih Irim-irim Laras Wangi dari Kota Yogyakarta, serta Peran Pembantu Putra Terbaik diberikan kepada Putra Jalu Pamungkas dari Kota Yogyakarta.

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB