Koreografer Dendi Wardiman ungkapkan kegelisahan masifnya perundungan lewat karya tari Terkurung di Alam Bebas

photo author
- Rabu, 23 Agustus 2023 | 06:38 WIB
 Poster square_PSBK_Jagongan Wagen episode 148 'Terkurung di Alam Bebas' (                            Media PSBK/desain grafis oleh Arfian Yustirianto    )
Poster square_PSBK_Jagongan Wagen episode 148 'Terkurung di Alam Bebas' ( Media PSBK/desain grafis oleh Arfian Yustirianto )

HARIAN MERAPI - Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) akan mempersembahkan edisi pertama Jagongan Wagen tahun 2023.

Pada kesemptan ini, pertunjukan tari berjudul Terkurung di Alam Bebas karya Dendi Wardiman, akan dipresentasikan secara perdana pada Sabtu (26/8/2023)

Dendi Wardiman, seorang penari dan koreografer asal Padang Panjang, akan mengangkat fenomena cyberbullying dalam karya tari terbarunya tersebut.

Baca Juga: Kumpulan cerita lucu dan kisah nyata zaman sekarang masih dan barter dan lupa tidak membawa sepeda motor

Terkurung di Alam Bebas merupakan ungkapan kegelisahan Dendi akan masifnya perundungan di tengah perkembangan dunia digital seperti sekarang.

Proses pendampingan kuratorial untuk Jagongan Wagen episode 148 ini berlangsung secara daring dan luring di kompleks PSBK.

Terkurung di Alam Bebas merupakan karya tari yang berangkat dari kegelisahan Dendi Wardiman terhadap fenomena cyberbullying yang makin marak di era perkembangan dunia digital seperti sekarang ini.

Cyberbullying merupakan perundungan yang terjadi di media sosial dan menggunakan teknologi digital.

Perilaku tersebut biasa dilakukan oleh sekelompok orang atau individu terhadap seseorang secara berulang yang bertujuan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan.

Baca Juga: Begini cara Menkominfo memberantas pinjol ilegal dan judi online

Fenomena cyberbullying merupakan paradoks dari perkembangan dunia digital. Di satu sisi, setiap orang bebas berekspresi dan melakukan apapun sesuai kehendaknya.

Sedangkan di sisi lain, dunia digital juga bisa sangat bertolak belakang dengan kehidupan nyata, kelam, dan penuh kepalsuan.

“Paradoks inilah yang membuat cyberbullying makin marak. Setiap orang merasa punya hak tetapi melupakan hak orang lain yang mungkin terusik dengan perilakunya di media sosial,” ujar Dendi.

Pernah mendapatkan perundungan di media sosial, Dendi merasa bersimpati dengan para korban cyberbullying. Menurutnya, cyberbullying sangat berpengaruh terhadap psikologis korban.

Mereka biasanya akan merasakan tekanan mental yang berlebihan setelah mendapatkan perundungan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X