Setelah sembuh dari sakitnya, maka nazar ibunya (Mak Midah atau Mak Milah) pun harus dipenuhi, Semi akhirnya dijadikan seblang dalam usia kanak-kanaknya hingga setelah menginjak remaja mulai menjadi penari Gandrung.
Tari Seblang dimulai dengan upacara yang dibuka sang Gambuh atau pawang. Sang penari ditutup matanya oleh para ibu-ibu yang berada di belakangnya, sambil memegang tempeh (nampan bambu).
Sang pawang mengasapi sang penari dengan asap dupa sambil membaca mantra. Setelah sang penari kesurupan dengan tanda jatuhnya tampah tadi, maka pertunjukan pun dimulai.
Penari seblang yang sudah kejiman menari dengan gerakan monoton, mata terpejam dan mengikuti arah sang pawang serta irama gendhing yang dimainkan.
Kadang juga berkeliling desa sambil menari. Setelah beberapa lama menari, kemudian si seblang melempar selendang yang digulung ke arah penonton, penonton yang terkena selendang tersebut harus mau menari bersama si Seblang. Jika tidak, maka dia akan dikejar-kejar Seblang sampai mau menari. *