Pementasan pertama dimulai dari Kalurahan Bendung Gunungkidul dengan Tari Aswa Wirya Kridha Muda Satata yang menggambarkan mengenai perjuangan ksatria berkuda, kemudian disusul Kalurahan Sogan Kulon Progo dengan musik religi menggunakan alat musik kolaborasi gamelan dan hadroh.
Acara semakin meriah dengan penampilan Langen sekar berjudul Gong Sulaiman dari Kalurahan Wedomartani Sleman, Kalurahan Kepek Saptosari Gunungkidul menampilkan Reog Krida Tamtama, Kalurahan Ngargosari Kulon Progo dengan Lengger Tapeng Rukmo Aji,
Kalurahan Sukoharjo Sleman menampilkan Wiwitan, Kalurahan Wonosari Gunungkidul menampilkan Tari Bahnimoyo, Kalurahan Triwidadi Bantul dengan dolanan anak Jalu kabruk, Kalurahan Sidorejo Kulon Progo dengan tradisi upasraya yakni tradisi rewang symbol dari cinta dan kebersamaan warga bersama-sama mengajarkan bergotong royong dan saling peduli.
Acara dilanjutkan dengan penampilan Kudo Sekar Pangestu dari Sendangrejo Sleman, Kalurahan Wukirsari Bantul menampilkan dramatari Lelampah Jatining Sang Agung yang menceritakan perjalanan Sultan Agung mencari siti wangi,
Kalurahan Triharjo Sleman menampilkan kesenian gedruk dan jathilan Ndrug Thil atau Bala Buta, Kalurahan Sabdodadi Bantul dengan drama musikal Gangsa Carita Lestarining Budaya, dan ditutup dengan Kethoprak humor dari Kalurahan Pleret Bantul.
Pentas Seni Desa/Kalurahan Budaya diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dengan menggunakan anggaran Dana Keistimewaan DIY Tahun 2024.
Selain disuguhi dengan penampilan 14 desa budaya, terdapat 14 stan pameran UMKM yang memeriahkan acara tersebut. Stan-stan tersebut menjual berbagai olahan makanan, makanan
tradisional, souvenir, hingga alat dan mainan tradisional. *
