Dialog Budaya Malam Sabtu Kliwon: Membedah Simbolik Filosofi Gerbang Danawara Pura Pakualaman

photo author
- Sabtu, 9 Maret 2024 | 20:00 WIB
Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum memaparkan materinya.  (Teguh Priyono)
Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum memaparkan materinya. (Teguh Priyono)

HARIAN MERAPI - Gerbang atau biasa disebut Regol Danawara sebagai akses utama memasuki Pura Pakualaman, bukan hanya merupakan pintu masuk biasa.

Tetapi memiliki makna filosofis yang menjadi karakter dasar bagi tatanan dan sikap hidup Paku Alam yang bertahta beserta keluarga, para Sentana dan Abdi Dalamnya.

"Akses masuk utama ke Pura Pakualaman dari arah Selatan, diharapkan dapat dijadikan bekal introspeksi diri dalam menapaki kehidupan sehari hari",tutur Dr. Sri Ratna Saktimulya, M. Hum Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM dalam pemaparannya pada Dialog Budaya Malam Sabtu Kliwon bertajuk Wiwara Kusuma Winayang Reka, Engeta Angga Pribadi, Guna Titi Purun Tinjauan Sastra dan Naskah dalam Filosofi, Jumat (8/3/2024) di Ruang Danawara Pura Pakualaman Yogyakarta.

Baca Juga: F-KAMY sebut pedagang miras makin banyak di Sleman, ada yang beromset Rp 45 juta perbulan

Menurut pemilik nama Nyi Mas Tumenggung Sestrorukmi paringan Ndalem, Wiwara Kusumo Winayang Reka maksud dari ungkapan tersebut adalah bahwa Pura Pakualaman merupakan zona kehidupan yang memiliki kedalaman pemikiran filosofis. Memasuki Pura Pakualaman diartikan sebagai modal awal menuju ranah pemikiran yang mendalam.

"Engeta Angga Pribadi maknanya sebelum memasuki dunia pemikiran manusia harus mawas diri. Dan Guna Titi Purun kemampuan kecermatan dan kehendak. Maksudnya Pura Pakualaman merupakan kawasan dengan etos kerja serta merupakan kawasan dengan pemikiran yang rasional," urainya.

Pada bagian atap tutup keong terdapat ornamen berupa tumbuh-tumbuhan di dalam kolom segitiga sama kaki di tengahnya terdapat lingkaran memuat angka 7-3-1884 merupakan masa masa pemerintahan Paku Alam V(1878-1900) dapat dimakna pembangunan Regol dilakukan pada era PA V.

Sementara Sengkalan Wiwara Kusumo Winayang Reka merujuk pada angka tahun 1698 jawa jika dikonversi ke tahun Masehi 1764. "Sengkalan ini menandai tahun kelahiran Adipati Paku Alam I," tandas Saktimulya.

Baca Juga: Sembako murah diserbu warga melalui program GPM, Pemkab Sukoharjo jamin stok pangan aman jelang Ramadan

Sementara itu pembicara lainnya yaitu KPH Kusumoparastho, lebih banyak memaparkan terkait dengan filosofi terkait dengan ungkapan Wiwara Kusumo Winayang Reka, Engeta Angga pribadi guna Titi Purun yang merupakan kesatuan filosofi bagi kepakualaman.

"Ini kesatuan filosofi yang menjadi dasar utama watak dan karakter bagi setiap orang yang berada dalam kawasan Pura Pakualaman dalam menjalani kesehariannya," ungkap budayawan Kadipaten Pakualaman ini.

Filosofi ini hendaknya memang tidak berhenti pada pemaknaannya saja yang terungkap, tetapi juga bagaimana filosofi itu menjadi falsafah hidup dan kehidupan masyarakat.

Baca Juga: Grebek rumah kontrakan, Polres Sukoharjo tangkap pengedar sabu

Sehingga filosofi dapat menjiwai tata kehidupan dan diterapkan secara konkrit dalam perilaku serta perbuatan sehari hari.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X