Alza Nashua Shahira, anak pengumpul barang rongsokan di Pacitan kuliah gratis di UGM berkat catur

photo author
- Senin, 18 Juli 2022 | 07:00 WIB
Alza Nashua Shahira bersama kedua orangtuanya yang tinggal di Pacitan. (Humas UGM)
Alza Nashua Shahira bersama kedua orangtuanya yang tinggal di Pacitan. (Humas UGM)

"Sejak dulu sukanya dengan ilmu ekonomi," katanya.

Baca Juga: WhatApps, Netflix hingga Facebook terancam diblokir Kemenkominfo, ini penyebabnya

Remaja putri dengan rambut panjang sebahu ini mengaku bangga bisa diterima kuliah di UGM . Padahal awalnya Ibunya sedikit keberatan jika ia harus kuliah di luar kota Pacitan karena pertimbangan faktor ekonomi keluarga yang hanya mampu mengumpulkan uang Rp 1,5 juta per bulan dari gaji sebagai buruh tukang dan pengumpul barang rongsokan.

Namun Alza meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia juga mendaftar Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Jika ia lolos, kata Alza, ayah dan ibunya tidak perlu khawatir soal biaya kuliah maupun biaya hidup karena bantuan tersebut juga mendapat uang saku.

"Nggak kebayang bisa masuk ke UGM. Nanti kan temannya lebih pintar dan wawasan lebih luas, semoga saya lebih baik lagi nantinya," harapnya.

Baca Juga: Goweser tak perlu takut kesasar, Pemkot Jogja tambah papan penanda rute sepeda wisata

Dengan mata berkaca-kaca, Bapak Ismanto, mengaku senang dan bangga putrinya bisa kuliah. Ia tidak menyangka bisa menghantarkan Alza ke bangku perguruan tinggi.

"Saya ini syukurnya tak terhingga. Dulu kata orang, kalau nggak ada duit nggak bisa sekolah, namun anak saya membuktikan itu salah. Kekurangan duit justru bisa sekolah sesuai dengan kemampuan dia," katanya.

Ismanto masih mengenang, saat pengumuman kelulusan. Sore itu ia baru pulang dari kerja. Ia tahu hari itu bahwa Alza tengah menunggu pengumuman kelulusannya di jalur SNMPTN. Sesampainya di rumah menjelang petang, Ia melihat Alza berlari memeluknya.

"Saya tahu, ia lulus. Karena (raut) mukanya senang, begitu juga dengan istri saya," kata Ismanto.

Baca Juga: Lomba burung berkicau berhadiah mobil di Kudus berlangsung gayeng, biaya pendaftaraannya hingga Rp 5 juta

Begitu pun dengan Purwati. Menurutnya saat itu berdua dengan anaknya menunggu pengumuman kelulusan lewat internet yang dibuka di laptop kecil yang sering digunakan Alza untuk latihan catur online.

"Mak aku tutup layarnya pakai sajadah ya, kalo centang biru berarti lulus. Kalau nggak, berarti nggak lulus. Saya sampai keluar ke depan rumah saking nggak mau lihat," kata Purwati mengenang.

Sebagai orang tua, Ismanto dan Purwati tidak berharap banyak pada Alza. Bisa kuliah di UGM saja ia mengaku bersyukur. Namun ia berharap suatu saat nanti Alza bisa meningkatkan derajat kehidupan keluarganya yang selama ini dikenal dengan keluarga pengumpul rongsokan.

Baca Juga: Ini subvarian apa lagi dari Covid-19, WHO sedang awasi subvarian BA.2.75, Indonesia khawatir ?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Sumber: UGM

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X