solo

Bedug Masjid Agung Surakarta Dipercaya Bertuah, Bisa Memberi Pertanda Gaib Keberuntungan

Selasa, 4 April 2023 | 06:06 WIB
Bedug peninggalan Sunan PB X di Masjid Agung Surakarta. (Foto: Koko Triarko)

HARIAN MERAPI – Sebagai salah satu masjid tua di Jawa, arsitektur Masjid Agung Surakarta juga kaya perlambang. Beberapa bagian bangunannya masih asli dan dianggap keramat. Salah satunya, bedug peninggalan zaman Sunan PB X.

Masjid Agung Surakarta sebagai masjid tua di Jawa, sejak awal pembangunannya hingga sekarang mengalami berbagai perubahan.

Raja-raja Kasunanan yang bertahta melakukan berbagai penyempurnaan bangunan masjid tua di Jawa bernama Masjid Agung Surakarta tersebut.

Baca Juga: Masjid Agung Surakarta dibangun pasca Geger Pecinan tahun 1742, lantai asli dari zaman Sunan PB II masih ada

Sementara itu riwayat pembangunan Masjid Agung Surakarta sejak zaman Kartasura sangat erat berhubungan dengan VOC Belanda.

Seperti bisa dilacak dalam sejarah, Belanda selalu terlibat dalam suksesi pemerintahan pada zaman Kasunanan Surakarta.

Pengaruh Belanda sedikitnya juga mempengaruhi bangunan Masjid Agung Surakarta yang merupakan masjid tua di Jawa tersebut.

Baca Juga: Sejarah Masjid Panembahan Bodho Bantul dari Zaman Sunan Kalijaga, Konon Dibangun dari Kayu Pohon Wijen

Pengaruhnya antara lain terlihat dari penggunaan konstruksi besi tangga naik ke menara adzan yang didatangkan dari Belanda.

Masjid Agung Surakarta dibangun sejak pemerintah Sunan PB II. Pada tahun 1763 Masehi, Sunan PB III mulai menyempurnakan masjid tersebut, dan menyelesaikannya pada tahun 1768 Masehi.

Di halaman Masjid Agung Surakarta terdapat tugu jam Istiwak yang dibangun sejak awal pembangunan masjid besar tersebut oleh PB II.

Jam Istiwak merupakan alat atau jam yang berpatokan pada posisi matahari untuk menentukan waktu sholat. Jam tersebut masih utuh dan berfungsi, namun sudah tidak digunakan lagi.

Baca Juga: Doa Mustajab Berbahasa Jawa Warisan Sunan Kalijaga, Kidung Rumeksa Ing Wengi Paling Keramat, Ini Khasiatnya

Masjid tersebut juga dilengkapi istal atau garasi kereta kuda raja ketika datang untuk sholat berjemaah.

Dulu, pangeran atau raja yang baru saja ditahtakan harus melakukan sholat sebanyak sepuluh kali di masjid itu.

Halaman:

Tags

Terkini