Sejarah Masjid Plosokuning jadi Pathok Negoro Keraton Yogyakarta, benteng pertahanan fisik dan spiritual

- Sabtu, 1 April 2023 | 21:20 WIB
 Kompleks Masjid Pathok Negoro Plosokuning, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. (Foto: Koko Triarko)
Kompleks Masjid Pathok Negoro Plosokuning, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. (Foto: Koko Triarko)

HARIAN MERAPI – Masjid Plosokuning di Ngaglik, Sleman, merupakan satu dari empat Masjid Pathok Negoro Keraton Yogyakarta. Keberadaannya di masa lalu sebagai benteng pertahanan fisik dan spiritual.

Salah satu nilai sejarah penting dari Masjid Plosokuning adalah fungsinya di masa lalu sebagai benteng pertahanan fisik dan spiritual Keraton Yogyakarta.

Menurut sejarahnya, Masjid Pathok Negoro Keraton Yogyakarta di Plosokuning ini sudah ada sejak zaman Sultan HB I.

Baca Juga: Update Bencana Hujan dan Angin Kencang di Bantul, Ratusan Rumah Warga Rusak Hingga Banyak Pohon Roboh

Takmir Masjid Pathok Negoro Plosokuning M Khamudin Purnomo, mengatakan masjid tersebut bahkan sudah ada sejak sebelum berdirinya Keraton Yogyakarta pada tahun 1755 Masehi.

Dia mengatakan, pada awalnya Masjid Plosokuning hanya berupa langgar atau masjid kecil yang ada di selatan Masjid Plosokuning yang sekarang.

“Ketika Keraton Yogyakarta berdiri, langgar itu kemudian dipindah dan diperbesar, dan menjadi Masjid Pathok Negoro Plosokuning ini”, kata Khamudin, menjelaskan.

Sebagai masjid tua dan bersejarah, Masjid Plosokuning masuk dalam kategori benda cagar budaya.

Berbagai upaya perbaikan harus seizin Keraton Yogyakarta dan Balai Pelestarian Benda Cagar Budaya DI Yogyakarta.

Sejauh ini, Masjid Plosokuning mengalami perbaikan sebanyak lima kali. Semua perbaikan dilakukan dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya.

Baca Juga: Wiyatiningsih Resmi Jadi Rektor Perempuan Pertama di UKDW Yogyakarta

Terkait fungsinya sebagai pathok negoro, Masjid Plosokuning merupakan satu dari empat masjid pathok negoro tersebut.

Menurut Khamudin, masjid itu disebut pathok negoro karena fungsinya sebagai benteng keraton. Baik benteng dalam pengertian fisik maupun spiritual.

Dia mengatakan, empat masjid pathok negoro berada di empat penjuru mata angin, yang dalam filosofi Jawa disebut pajupat lima pancer.

Halaman:

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X