HARIAN MERAPI - Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta sebagai salah satu masjid tua di Jawa terkenal karena selalu menjadi tempat berlangsungnya upacara adat grebegan.
Namun, belum banyak orang tahu riwayat Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta yang merupakan salah satu masjid tua di Jawa tersebut.
Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta sebagai masjid tua di Jawa dibangun oleh Sultan HB I.
Baca Juga: Kilang Minyak Putri Tujuh Pertamina Dumai meledak, Polri lakukan penyidikan dan turunkan Puslabfor
Tak banyak yang tahu, kalau masjid besar ini pernah runtuh akibat gempa dahsyat pada tahun 1867 Masehi.
Menurut prasasti, Sultan HB I membangun Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta pada Ahad Wage, 6 Rabiul Akhir Tahun Alip.
Pembangunannya ditandai dengan sengkalan Gapura Trus Winayang Jalma, yang berarti tahun 1699 Jawa atau 1773 Masehi.
Sebelumnya ketika masih berperang melawan Belanda, Sultan HB I juga sudah banyak membangun masjid-masjid kecil atau langgar.
Baca Juga: Spain Masters 2023, Indonesia tempatkan dua wakil di partai puncak. Berikut jadwal tandingnya!
Langgar-langgar itu dibangun sebagai basis pertahanan sekaligus menggalang kekuatan.
Setelah berdirinya Keraton Yogyakarta pada tahun 1755, Sultan HB I lalu membangun masjid jami’ yang dikenal sebagai Masjid Gedhe Kauman.
Sekarang, Masjid Gedhe Kauman juga menjadi Masjid Raya Kota Yogyakarta.
Masjid yasan Dalem Sultan HB I seperti yang terlihat sekarang, pembangunannya dilakukan bertahap.
Masjid Gedhe Kauman semula hanya kecil. Dua tahun kemudian baru diperluas dengan membuatkan serambi yang ditandai sengkalan ‘Yitno Windu Resi Tunggal’. Artinya, tahun 1701 Jawa atau 1775 Masehi.
Baca Juga: Mau mudik Lebaran pakai kendaraan pribadi, inilah tips agar mobil hemat BBM selama perjalanan
Artikel Terkait
Sejarah Masjid Panembahan Bodho Bantul dari Zaman Sunan Kalijaga, Konon Dibangun dari Kayu Pohon Wijen
Inilah Masjid Plosokuning yang bersejarah, berarsitektur Jawa dan kaya makna filosofi
Ciri khas masjid tua di Jawa beratap tumpang, kata ahli terinspirasi dari mitologi gunung
Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta beratap tumpang tiga, punya makna tiga tingkatan kesempurnaan hidup