"Dengan dilengkapi PBG, sehingga dapat dihasilkan bangunan sipil yang kokoh, kuat, dan mampu bertahan bahkan terhadap guncangan gempa," harapnya dalam Workshop & Short Course HAKI 2025.
Aksan Kawanda, mewakili Geotechnical Engineering at Geotech Efathama menambahkan fokus utama para profesional konstruksi untuk memastikan keseragaman dalam pelaksanaan konstruksi yang baik dan benar.
Aksan mengatakan harapan utama dari konferensi ini adalah menciptakan keseragaman dalam cara melihat dan menangani konstruksi, tidak hanya pada proyek baru, tetapi juga pada bangunan yang sudah berdiri.
"Bukan cuma bangunan yang sedang direncanakan, tapi juga bangunan existing yang mungkin dialihfungsikan," tandasnya.
Baca Juga: Sebelum berlibur, ini yang perlu dilakukan orang tua pada anaknya agar tak terkena penyakit
Lebih lanjut dikatakan, mengenai kelayakan konstruksi secara nasional, Aksan Kawanda menyatakan pandangannya bahwa secara keseluruhan, kualitas konstruksi di Indonesia dapat dikatakan layak.
"Meskipun belakangan ini kerap terdengar kabar mengenai kegagalan konstruksi, tapi persentase kegagalan itu sangat kecil dibandingkan dengan jumlah total bangunan yang ada," ungkapnya.
Menurutnya, tingginya persentase pekerjaan yang baik ini didukung upaya sosialisasi yang rutin dilakukan, baik di Jakarta dan di luar kota, terkait updating aturan, metode, manual, dan standar pelaksanaan kepada para profesional.
Workshop & Short Course HAKI 2025, didukung Delta Systech Indonesia, Arcon Radian Abadi, Garuda Yamato Steel, Hutama Karya, Nindya Karya, Alchemco Construcuon Products Indonesia.
Baca Juga: Erick Thohir Percaya Nova Arianto Sosok Tepat Latih Timnas U-20 Indonesia
Kemudian, Chandra Karya Nusantara, Waskita Beton Precast Tbk, Fosroc Indonesia, Beton Elemenndo Perkasa, Prota Asia Pte Ltd, Bauer Pratama Indonesia, dan Brantas Abipraya. *